Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Cecurhatan

Bu Tejo dan Pelajaran Penting bagi Seorang Suami

Ahmad Wahyu Rizkiawan by Ahmad Wahyu Rizkiawan
August 20, 2020
in Cecurhatan
Bu Tejo dan Pelajaran Penting bagi Seorang Suami
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

Fenomena Bu Tejo jadi pelajaran penting bagi para lelaki atau suami. Bahwa menghadapi para perempuan atau istri, hanya ada satu kata: sabar!

Film pendek berjudul Tilik, ramai jadi pembahasan netizen sepekan ini. Itu bukan tanpa alasan. Dalam film Tilik, ada satu tokoh amat ikonik: Bu Tejo. Sosok yang mewakili oknum ibu-ibu militan dalam hal bergosip.

Ibu-ibu bergosip, memang jadi fitur kehidupan yang amat khas di kalangan masyarakat. Khasanah itu begitu amat terlihat di ranah masyarakat pedesaan. Bergosip jadi simbol tergeraknya sendi-sendi sosial. Meski kadang, ia jadi giat yang amat asosial dan kontrasosial.

Film Tilik mampu menangkap fenomena itu secara manis. Dengan konsep yang amat sederhana — berlatar tempat di atas truk — film Tilik mampu ngoceki sisi unik oknum ibu-ibu pehobi rasan-rasan secara dekat nan elegan.

Wajar jika netizen yang mayoritas kawula muda, ikut riuh membahasnya. Sebab, disadari atau tidak, kita atau mereka atau netizen di seluruh dunia adalah Bu Tejo itu sendiri. Bu Tejo adalah refleksi para netizen hari ini. Ia yang selalu pengen tahu urusan orang lain, lalu menyimpulkannya sendiri ~

Bu Tejo, sosok yang sangat telaten dan militan dalam mencari keburukan tetangga, adalah kita. Bu Tejo, sosok yang rajin mencari informasi tentang kehidupan orang lain, adalah kita. Bu Tejo, sosok yang kuat berlama-lama ngrasani tetangga, adalah kita.

Bu Tejo, sesungguhnya spirit yang hidup sejak zaman Mesir Kuno hingga hari ini. Hanya, wujud fashion dan tubuhnya saja yang berubah. Ada Bu Tejo yang rajin rasan-rasan di atas truk. Ada pula Bu Tejo yang rajin rasan-rasan di atas kursi via hape, kayak kamu.

** **

Dua orang kawan baik saya, Athok dan Lutfi, terlihat asyik beradu konsep. Ya, seperti foto header yang berada di atas artikel ini. Kami sedang berdiskusi perihal bagaimana jadi lelaki yang baik. Semacam jadi bapak yang bijak.

Kami, memang tergabung dalam Jaringan Oknum Bapak-bapak (JOBs) yang rajin belajar kelompok. Terutama belajar perihal kehidupan pasca menikah. Bagi kami, itu pelajaran yang amat penting. Dan belajar di warung kopi, adalah kelas paling asyik.

Menjadi suami atau bapak, tak mengehentikan hobi kami berdiskusi dan belajar. Meski, tentu saja, waktu dan momentumnya, tak bisa dijadwal dan seringnya ketemu secara tak sengaja.

Kemarin, misalnya, kami ketemu secara tak sengaja saat ngopi. Dan di tempat itu juga, tanpa disadari, kami menggelar diskusi tentang bagaimana menjadi suami yang bijak, suami pembelajar yang tak pernah berhenti belajar.

Lha gimana tidak, lha wong kami ngopi juga dalam rangka sedang-menunggu-kegiatan istri. Sehingga, agar kegiatan menunggu bisa tetap produktif, belajar sambil ngopi jadi jalan ninja yang asyik.

Mula-mula, kami memaknai label suami sebagai titel yang tidak biasa. S.Uami, merupakan titel yang jauh lebih tinggi dibanding titel S.Pd atau S.Ag atau S.kom atau S.Sos atau S S lainnya. Jumlah hurufnya saja jauh lebih banyak.

Suami, kami maknai sebagai akronim dari Suuabar Menunggu Istri. Sabar menunggu. Sabar dinasehati. Dan sabar saat ada panggilan mendadak, kala sedang asyik-asyiknya ngopi.

Sabar, menjadi sikap pertama yang dimiliki seorang lelaki dengan maqom suami. Karena itu, tak sembarang lelaki ditakdir punya titel suami. Ia harus punya sikap sabar dulu. Setidaknya, mengenal sabar dari proses menjomblo. Athok, Lutfi dan saya menyetujui kesimpulan itu.

Kami juga sempat membahas fenomena Bu Tejo. Tentu, itu disebab adanya banyak informasi tentang Bu Tejo yang mampir di timeline medsos. Bu Tejo tentu fenomena sosial yang penting bagi sosok suami muda seperti kami.

Dari sosok Bu Tejo yang mampu mengorganisir perlawanan terhadap polisi lalu lintas, misalnya, kami bisa memetik pelajaran bahwa Oknum Ibu-ibu adalah makhluk yang hanya bisa dihadapi dengan kesabaran.

Fenomena Bu Tejo jadi pelajaran penting bagi calon suami atau oknum bapak-bapak seperti kami. Bahwa menghadapi perempuan, hanya ada satu kata: sabar!

Ya, dengan sabar. Itu alasan kata “suami” diawali dengan huruf “s” yang merupakan akronim sabar. Dan untuk menimbulkan rasa sabar, kata Athok dan Lutfi dan saya, harus diawali rasa “syukur” terlebih dahulu.

Ya, lagi-lagi diawali dengan huruf “s” yang menjadi elemen penting pembangun kata “suami”. Label dan titel suami harus dibangun dari sikap sabar dan syukur. Tanpa kedua hal itu, hanya jadi Uami.

Bagaimana menimbulkan rasa syukur dan sabar? Logikanya begini: Kok bisa-bisanya, lelaki tidak jelas macam kami ini, dalam sebuah episode hidup, pernah ditakdir memiliki istri dan berlabel istimewa: suami.

Karena itu, label suami dan bapak harus disyukuri. Sebab, tak sembarang lelaki punya nasib ditakdir menjadi suami dan menjadi bapak. Itu jadi alasan kenapa suami harus suabar menunggu istri belanja dan suabar menunggu anak bermain.

Tags: Bu TejoFilm TilikSabarSuami

BERITA MENARIK LAINNYA

Asy-Syabab Nusantara dan Perkembangan Sholawat Kontemporer di Bojonegoro (1)
Cecurhatan

Asy-Syabab Nusantara dan Perkembangan Sholawat Kontemporer di Bojonegoro (1)

April 13, 2021
Larangan Mudik, Cara Pemerintah Menyelamatkan Para Jomblo
Cecurhatan

Larangan Mudik, Cara Pemerintah Menyelamatkan Para Jomblo

April 12, 2021
Bupati Bojonegoro Gelar Pasar Murah Menjelang Ramadhan, Semoga Tidak Jadi Pasal Kerumunan
Cecurhatan

Bupati Bojonegoro Gelar Pasar Murah Menjelang Ramadhan, Semoga Tidak Jadi Pasal Kerumunan

April 11, 2021

REKOMENDASI

Syifa’ul Qolbi dan Pengenalan Sholawat Sejak Dini

Syifa’ul Qolbi dan Pengenalan Sholawat Sejak Dini

April 15, 2021
Hadrah Al-Isro’, dari Santri Ngaji hingga Perjuangan Syiar Sholawat (2)

Hadrah Al-Isro’, dari Santri Ngaji hingga Perjuangan Syiar Sholawat (2)

April 14, 2021
Asy-Syabab Nusantara dan Perkembangan Sholawat Kontemporer di Bojonegoro (1)

Asy-Syabab Nusantara dan Perkembangan Sholawat Kontemporer di Bojonegoro (1)

April 13, 2021
Larangan Mudik, Cara Pemerintah Menyelamatkan Para Jomblo

Larangan Mudik, Cara Pemerintah Menyelamatkan Para Jomblo

April 12, 2021
Bupati Bojonegoro Gelar Pasar Murah Menjelang Ramadhan, Semoga Tidak Jadi Pasal Kerumunan

Bupati Bojonegoro Gelar Pasar Murah Menjelang Ramadhan, Semoga Tidak Jadi Pasal Kerumunan

April 11, 2021
Salafushologi, Mutiara Pendidikan di Era Disrupsi

Salafushologi, Mutiara Pendidikan di Era Disrupsi

April 11, 2021

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved