Pemilu dan pilpres 2019 telah melalui masa kampanye dan pencoblosan. Semua KPPS di Bojonegoro telah selesai menghitung. Bahkan KPU Bojonegoro hampir menuntaskan semua tugasnya.
Biarlah riuh perdebatan soal hasil suara diselesaikan secara prosedural, damai sentosa, persatuan Indonesia. KPU, Bawaslu dan masyarakat bersinergi untuk menyukseskan pemilu dan pilpres ini menjadi pesta demokrasi yang indah pada akhirnya.
Kontribusi masing-masing kita untuk mewujudkan ini bisa berupa apapun. Seperti cara pria kreatif asal Desa Mojodeso, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro. Namanya Adib Nurdiyanto. Mungkin sebagian kamu Nabs, sudah kenal pria yang aktif di berbagai kegiatan ini.
Ketika banyak orang fokus pada perdebatan pasca pilpres, dia justru fokus mengatasi limbah produsen alat peraga kampanye (APK) untuk jadi sesuatu yang bermanfaat. Produsen banner dan spanduk kampanye yang telah memicu limbah di Bojonegoro cukup terselamatkan.
Karena jika tidak teratasi, limbah ini sangat membahayakan. Limbah cair dari proses produksi banner tersebut berwarna hitam pekat. Baunya pun menyengat. Ketika cairan ini kena kulitmu, kamu bisa gatal-gatal.
Ini lebih seram lagi. Jika disiramkan ke rumput, rumput pun mati dalam waktu tiga hari. Ketika di buang langsung ke tanah, limbah ini berpotensi mencemari air resapan.
Adib berpikir cerdas. Dia mencoba memanfaatkan limbah cair ini menjadi cat. Awalnya dia bereksperimen. Meski tak dari nol. Sebab, dia pernah juga sukses mengubah limbah pewarna batik jadi produk yang sama, yaitu cat tembok.
Hasilnya adalah cat yang sangat pekat. Adib mengemas cat tersebut dalam kemasan botol air mineral. Dengan bangga dia menunjukkannya kepada tim Jurnaba.co
Menurut dia, cat produksinya itu sangat cocok untuk cat pelapis kayu atau cat pelindung kayu dari air dan hama. Bahkan, kata dia, ketika cat masih basah di suatu permukaan kayu, tidak akan luntur disiram air.
“Daripada dibuang dan berbahaya, tentu lebih baik didaur ulang menjadi cat,” kata Adib.
Dia menjelaskan, sifat cat daur ulang ini efektif untuk menutup pori-pori pada kayu. Ketika diaplikasikan untuk tembok, hasilnya sangat memuaskan untuk pengecatan luar ruangan. Saat diujikan ke bahan logam seperti seng misalnya, daya lengketnya juga luar biasa.
Namun, karena kuatnya sifat pewarna dalam limbah ini, Adib mengaku hanya bisa menghasilkan cat warna gelap. Untuk warna lain, masih dia uji cobakan.
Adib menuturkan, elsperimennya bermula dari permintaan salah seorang pelaku usaha banner di kecamatan Kepohbaru yang merasa takut membuang limbah nya, sehingga ditampung dalam banyak drum.
Kata Adib, untuk membuat cat ini, dia menggunakan campuran calcium carbonat, semen putih, lem, dan air. Setiap 1,5 liter limbah dia campur dengan bahan tadi hingga takaran 5 liter.
Adib mengaku ini hanya upaya kecil yang dia lakukan. Menurutnya, itu hanya alternatif agar limbah tidak dibuang sembarangan dan membahayakan.
“Kalau dalam skala kecil, tentu nggak akan jadi bisnis. Tapi jika ditekuni, tetap bisa dijadikan unsur bisnis,” imbuhnya.
Inspirasi yang digaungkan Adib bukan peluang bisnis tentunya. Hati kecilnya ingin Pemilu dan Pilpres 2019 ini tidak berakhir berantakan. Berserakan bahaya limbah. Oleh karena itu Nabs, ayo ikut tuntaskan pesta demokrasi ini dengan bersih, bebas sampah dan limbah. Pesta yang diakhiri dengan riang gembira, selamat, dan tentunya bahagia. Seperti impianmu dengan si dia.. heuheu ~