Pendakian gunung di era new normal tak semudah pendakian di era normal dulu. Banyak dilema dan bahkan, butuh persiapan ekstra matang untuk melakukannya.
Kerinduan untuk mendaki gunung sudah dirasakan lama oleh para penggiat alam atau pendaki sekarang ini terhitung sejak 3 bulan yang lalu seluruh jalur pendakian gunung diberbagai wilayah Indonesia ditutup untuk sementara waktu mengingat situasi pandemi Covid-19 yang melanda di negara Indonesia ini pada pertengahan bulan maret lalu.
Penutupan jalur pendakian dilakukan oleh pihak Balai Taman Nasional atau Perhutani yang mengelola kawasan jalur pendakian gunung dengan mematuhi aturan pemerintah pusat untuk tidak melakukan kegiatan yang bersifat kerumunan demi pencegahan penularan Covid-19.
Dengan ditutupnya jalur pendakian di berbagai gunung seluruh Indonesia memberikan banyak dampak positif bagi pengelola salah satunya perawatan ekosistem dan revitalisasi jalur pendakian yang membutuhkan waktu cukup lama dan tidak mudah bagi para petugas yang melakukannya.
Karena ketika jalur pendakian sering dilewati oleh para pendaki, banyak ekosistem tanaman ataupun hewan yang keberadaannya sudah dirusak oleh pendaki nakal yang tidak bertanggung jawab sehingga dengan adanya pandemi sekarang ini yang waktunya cukup lama, benar – benar dimanfaatkan pengelola untuk perawatan ekosistem dan revitalisasi jalur pendakian supaya saat situasi sudah memungkinkan untuk dibukanya jalur pendakian keberadaan ekosistem yang telah diperbaiki menjadi asri dan bisa terawat kembali seperti sediakala.
Memasuki fase new normal ini, yang sesuai dengan instruksi pemerintah baik itu pusat maupun daerah, pembukaan jalur pendakian terus dilakukan oleh Taman Nasional ataupun Perhutani di seluruh Indonesia secara bertahap dengan menyesuaikan zona wilayah penyebaran Covid-19.
Beberapa gunung sudah mulai dibuka untuk jalur pendakiannya antara lain Gunung Papandayan, Cikuray, Lawu, Sindoro, Sumbing, dan Marapi. Dengan dibukanya jalur pendakian beberapa gunung yang wilayah zonanya sudah aman dari penyebaran Covid-19 dan angka kasus positifnya mulai menurun, aturan baru untuk mendaki gunung pun juga mulai diterapkan secara ketat untuk para pendaki dengan mematuhi protokol kesehatan yang telah diterapkan oleh pemerintah.
Aturan baru yang wajib dilakukan oleh para pendaki yaitu pertama, wajib membawa surat kesehatan dan surat keterangan bebas Covid-19 (jika dibutuhkan). Kedua, menerapkan physical distancing saat mendaki dengan jarak satu meter saat berjalan dan tidak melakukan kontak secara fisik. Ketiga, wajib memakai masker dan membawa handsanitizer. Keempat, wajib membawa peralatan makan sendiri dan logistik masing – masing. Dan kelima pembatasan kapasitas isi dalam tenda.
Banyak para pendaki yang sudah merencanakan pendakian jauh hari sebelum keberangkatan mengalami kendala pada situasi pandemi sekarang ini dan memasuki fase new normal karena persyaratan untuk mendaki gunung yang tidak seperti biasanya saat pendakian normal bukan situasi pandemi.
Selain itu, ada dua gunung di Jawa Tengah yang melarang para pendaki berasal dari luar kota dan bukan berasal dari zona wilayah keberadaan gunung yang akan didaki, salah satu gunung yang melarang pendaki dari luar kota ialah Gunung Sindoro dan Sumbing.
Pendakian gunung era new normal sekarang ini tidak semudah apa yang dibayangkan seperti saat keadaan normal sebelumnya, berbagai kebiasaan baru yang wajib dilakukan oleh para pendaki saat pendakian gunung harus diterapkan era new normal sekarang ini dan kemungkinan besar para pendaki masih belum siap untuk adaptasi dengan kebiasaan baru.
Para pendaki, saat melakukan pendakian di era sebelumnya, biasanya beramai–ramai dalam satu rombongan yang jumlah kelompoknya bahkan bisa melebihi 5 orang sekaligus dan dalam melakukan perjalanan jaraknya pun saling berdekatan agar tidak terpisah dari rombongan, namun saat new normal akan terasa berbeda sekali karena physical distancing wajib diterapkan dengan menjaga jarak, tidak melakukan kontak fisik, dan jarak saat jalan kaki cukup berjauhan justru akan memberikan dampak negatif terhadap keselamatan diri sendiri untuk pendaki pemula bisa salah arah jalan karena terpisah jauh dari rekan – rekan yang lainnya.
Berbagai dilema yang ditimbulkan akan terasa bagi para pendaki saat melakukan pendakian di era new normal sekarang ini tidak hanya physical distancing yang membatasi rombongan untuk saling berjauhan saat berjalan kaki akan tetapi juga terhadap aktivitas yang lain saat pendakian diantaranya adalah yang pertama, ketika pendakian dalam keadaan normal tidak ada pandemi banyak para pendaki melakukan kegiatan masak bersama dalam satu peralatan masak saja dan peralatan makannya pun juga bebarengan dengan rekan – rekan yang lain, namun saat fase new normal sekarang ini tidak bisa melakukan lagi hal yang seperti itu dan aktivitas masak hingga makan pun dilakukan sendiri – sendiri tidak ada rasa kebersamaan sehingga menimbulkan sifat invidualisme sementara.
Kedua, penggunaan masker saat melakukan perjalanan pendakian akan memberikan dampak bagi kesehatan karena saat berjalan kaki dengan kontur jalan naik tubuh akan mengeluarkan keringat cukup banyak dengan membawa beban tas carrier yang cukup berat dan sistem pernafasan pun kadang tidak stabil untuk menghirup udara atau mengeluarkan udara apalagi saat cuaca panas.
Sehingga dengan menggunakan masker saat mendaki bagi para pendaki pemula ataupun pendaki yang memiliki gangguan pernafasan justru sangat membahayakan bagi kesehatannya. Kemudian yang ketiga yaitu penggunan handsanitizer saat pendakian sangat bagus untuk membersihkan tangan dari kotoran yang menempel dan sebagai pengganti sapu tangan sehingga kebersihan saat memegang makanan pun terjaga dari debu serta kotoran apapun.
Keempat, saat melakukan pendakian pasti akan menginap dengan menggunakan tenda biasanya satu tenda bisa melebihi kapasitas supaya tidak membawa banyak tenda yang menambah beban tas carrier, tapi saat era new normal sekarang ini dan mungkin ada beberapa gunung yang memiliki aturan baru untuk mengurangi kapasitas tidur dalam tenda yang normalnya 1 tenda bisa di isi 4 orang dan berubah menjadi 2 orang kapasitasnya bahkan saat tidur jaraknya pun saling berjauhan.
Dan yang kelima ketika pendakian era new normal ini biaya kebutuhan logistik, akomodasi, dan transportasi mengalami pembengkakan karena saat pendakian kebutuhan logistik sudah tidak bisa ditanggung bersama – sama, lalu biaya akomodasi baik itu tiket masuk ataupun biaya penginapan kendaraan pun mengalami kenaikan harga, serta para pendaki yang menggunakan transportasi umum juga mengalami kenaikan harga karena semua kendaraan sudah mengurangi okupansi jumlah penumpangnya.
Banyak pertimbangan dari berbagai sisi saat era new normal sekarang ini untuk melakukan pendakian gunung dengan berbagai persyaratan dan kebiasaan untuk melakukan adaptasi yang baru tentu tidak semudah apa yang dibayangkan selama ini karena pada sebelumnya dengan situasi keadaan normal tidak ada pandemi banyak aktivitas pendakian gunung yang menjadi trend kala itu dan hampir semua gunung terutama di pulau jawa pasti ramai pendaki saat musim kemarau ataupun momen tertentu.
Sehingga saat era new normal ini dengan situasi pandemi Covid-19 aktivitas pendakian gunung pun mulai menurun karena persyaratan dan peraturan yang baru yang diterapkan oleh pengelola baik itu dari taman nasional ataupun perhutani.
Dengan adanya peraturan baru serta persyaratan khusus para pegiat alam atau backpacker beralih destinasinya untuk menikmati alam seperti ke pantai dan curug yang persyaratannya tidak serumit dengan pendakian ke gunung.
Dampak positif juga dirasakan oleh kehidupan ekosistem di kawasan hutan gunung baik tanaman maupun hewan karena sejak adanya pandemi sekarang ini ekosistem di gunung menjadi terawat dengan baik dan tidak ada gesekan dengan aktivitas manusia terutama para pendaki tidak bertanggung jawab yang melakukan perbuatan tidak sepatutnya untuk dicontoh dengan merusak alam baik itu membuang sampah sembarangan dan merusak ekosistem tanaman yang dilindungi.
Dan semoga dengan situasi pandemi sekarang ini era new normal kegiatan pendakian gunung benar – benar pendakian yang bertanggung jawab terhadap alam hingga displin untuk mematuhi persyaratan serta protokol kesehatan yang telah ada.
Penulis adalah mahasiswa Ilmu Sejarah Unair sekaligus Kepala Departemen Infokom HMD Ilmu Sejarah Unair 2020.