Pada 2 hingga 3 Februari 2019 lalu, Jurnaba.co yang diwakili Widya Septiyaningrum mengikuti workshop Narasi TV Content Creator. Berikut laporan lengkapnya.
Geliat pencipta konten kreatif di Indonesia sangat dinamis. Hal itu membuat Narasi TV yang didirikan Najwa Shihab bergerilya untuk meningkatkan kualitas pencipta konten di berbagai daerah lewat program Narasi TV Content Creator Workshop.
Mungkin Rene Descartes tidak pernah membayangkan. Bagaimana evolusi abad demi abad yang dilalui manusia bisa mengantarkan dunia pada ruang berekspresi tertinggi. Pengejawantahan makna dari “aku berpikir maka aku ada”.
Menjadi manusia sepenuhnya dengan mengolah kreativitas. Begitulah kiranya era kontemporer saat ini mewadahi pencipta konten. Atau istilah khas milenial, content creator. Tidak hanya mewadahi, namun juga merangkul dan menyokong pertumbuhannya.
Berbagai medium dimaksimalkan utilitasnya. Medium dalam jaringan laiknya website, Instagtam dan tentunya YouTube. Menjadi ajang pesta unjuk karya dalam berbagai bentuk. Tulisan, visual, serta audio visual.
Insan pencipta karya beramai-ramai menyampaikan pesan melalui karyanya. Termasuk jurnalis dan presenter berita kesohor, Najwa Shihab yang merumuskan medium progresif dan inspiratif Narasi TV.
Ia tidak ingin sendiri dalam memperjuangkan ekosistem progresif bagi pencipta karya. Pesan inklusivitas ini kemudian dituangkan dalam acara Content Creator Workshop.
Dengan mengusung tema The New Wave of Creative Journalism. Narasi TV menghadirkan insan inspiratif untuk mentraktir ilmu di 10 kota di Indonesia.
https://www.instagram.com/p/BtYS7fZgfI5/
Animo para pencipta kreasi sangat tinggi. Terbukti dengan adanya sekitar 380 karya yang diunggah. Kemudian diseleksi menjadi 25 peserta workshop.
Tidak hanya dari Surabaya, workshop ini juga mengakomodasi beberapa pencipta karya dari daerah. Diantaranya adalah Bojonegoro, Trenggalek, Situbondo hingga Sragen.
Workshop dimulai dengan pengenalan program-program Narasi TV. Termasuk alasan dibalik dihelatnya Content Creator Workshop yang juga disokong oleh YouTube. Kolaborasi ini merupakan suatu upaya untuk mengampanyekan konten orisinal dan berkualitas.
Narasi TV menyebutnya sebagai agenda traktir ilmu. Terutama untuk pencipta konten yang dinilai memiliki satu nafas dengan Narasti TV. Yakni nafas pesan positif dan membangun.
Hari Pertama: Mencipta Karya yang Kritis dan Bangga Nilai Lokal
Nafas mencipta karya yang kritis diembuskan oleh Ben Laksana dan Rara Sekar melalui tema shifting mindset in digital future. Ya, Rara Sekar yang merdu suaranya sering menemani telingamu kala menikmati syahdunya kopi bersama senja.
Tidak hanya musikus, Rara adalah pemikir yang kritis. Bersama suaminya yang juga merupakan dosen dan peneliti, mereka menggugah untuk menggeser cara berpikir. Shifting mindset diusung karena melihat realitas yang terjadi di masyarakat.
Ketika masyarakat Indonesia begitu lekat dengan hal-hal visual. Didukung dengan mudahnya akses kamera dari telpon pintar. Potret yang diambil tidak hanya menjadi koleksi pribadi laiknya album foto keluarga. Foto-foto ini diunggah ke media sosial sehingga dapat diakses dan dimaknai oleh khalayak.
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memberikan pemaknaan fotografi secara kritis. Tidak hanya makna dalam mengambil momentum. Namun juga dalam menarasikan pesan dan makna dari potret yang diambil.
Dalam dunia yang penuh dengan pesan dari berbagai arah, penting untuk kita menyampaikan pesan yang konstruktif. Yang berdampak baik, Nabs.
“Sebuah foto tidak sempurna dalam menggambarkan kebenaran. Baik secara sadar atau tidak sadar. Maka pembacaan terhadap foto dapat mengisi kekurangan dalam (pesan yang disampaikan) foto. Tentunya berdasarkan pada pengalaman, pemahaman kita atas dunia,” ujar Ben Laksana.
Pada hari pertama, Narasi TV juga menghadirkan pencipta konten tuan rumah, Surabaya. Yakni Alek Kowalski yang aktif dalam mencipta karya multi-platform. Salah satunya adalah event rutin Sunday Market.
Alek menyampaikan pentingnya menggali identitas. Tentunya identitas yang tidak mencoba menduplikasi identitas yang lain. Dalam hal ini, konteksnya adalah mendorong pencipta konten untuk mengangkat konten lokal.
“Manusia bertahan hidup bukan karena tubuhnya yang paling kuat diantara makhluk yang lain. Namun, karena ide dan kreativitas. Jadi, sampai mati, kita butuh idealisme. Ide dan kreativitas kita harus terus diasah,” Alek menyatakan dalam nada santai namun menggugah.
Dari tema ini, kita, para pencipta konten dari daerah didorong untuk menjaga orisinalitas. Karena apa yang ada di daerah merupakan ide yang relevan dan tidak dibuat-buat. Selain itu, mengangkat konten lokal juga membangkitkan kebanggan tersendiri terhadap identitas.
Hari Kedua: Merengkuh Dasar dan Mencipta Karya Orisinal
Narasi TV menghadirkan jurnalis senior yang saat ini juga menjabat sebagai Anggota Dewan Pers, Imam Wahyudi. Tujuannya adalah mengenalkan kaidah jurnalisme.
Pesan utama yang disampaikan adalah meskipun terjadi pergeseran medium jurnalistik, kaidah utamanya tentu tidak boleh ditinggalkan.
Kreativitas memang tidak membatasi. Namun, ada idealisme yang harus tetap direngkuh untuk mencipta karya yang tidak hanya menawarkan estetika. Namun juga harus sarat pesan dan makna.
Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat & Penegakan Etika Pers ini menyampaikan beberapa kaidah dasar jurnalistik. Dasar-dasar inilah yang kemudian seharusnya dicamkan sebagai idealisme yang membangun.
Beberapa kaidah dasar tersebut diantaranya dapat dirangkum dalam tiga sikap. Yaitu nafas jurnalistik sebagai upaya untuk mencari kebenaran atas hal yang penting.
Sikap independen dari pihak pencipta konten sebagai ujung tombak jurnalistik. Serta membuka ruang untuk pertukaran ide, kritik dan kompromi.
Pada hari kedua, Narasi TV juga menghadirkan inisiator komunitas foto Hunting Pasar, Bagoes Kresnawan. Komunitas Hunting Pasar merupakan sebuah wadah untuk belajar street photography.
Agenda ini diadakan di pasar, yang menjadi salah satu tempat yang merepresentasikan kultur dan identitas suatu masyarakat.
Bagoes juga memberikan beberapa tips yang dia rangkum berdasarkan pengalamannya mencipta konten. Mulai dari tahap perencanaan, hingga 15 seconds rule.
Yakni memaksimalkan penyajian konten agar dapat dinikmati konsumen atau viewers. Dan tentunya, membuat konsumen betah dengan konten kita, Nabs.
Nah, workshop dua hari ini memang padat dan sarat ilmu. Namun, Narasi TV dan pemateri berhasil menyajikannya secara segar dan menarik.
Tentunya, acara traktir ilmu ini tidak hanya berhenti pada peserta. Ilmu yang didapatkan oleh peserta juga akan dituangkan dalam berbagai konten konstruktif lainnya.