Ingatkah kamu kalau hari ini Hari Buku? ya, Hari Buku Sedunia. Hari buku secara internasional diperingati setiap tahun pada 23 April. Tahun ini, World Book Day jatuh pada Hari Selasa (23/4/2019).
Akhir dari sebuah buku bukan terletak pada halaman terakhir. Buku hanya akan berakhir jika tidak lagi dibaca. Seperti peribahasa “Buku adalah jendela dunia”. Itu betul sekali.
Melalui sebuah buku, kita akan mendapat berbagai wawasan dan pengetahuan. Seperti menjelajah dunia menembus ruang dan waktu. Bukan hanya menjelajah media sosial. Hehe
Membaca buku mampu memberi wawasan kepada kita tentang berbagai hal. Misalnya, pengalaman yang belum kita jalani atau kejadian ajaib yang belum pernah kita alami.
Karena itu, buku tidak berdiam diri di tumpukan, pajangan atau lemari. Buku tidak hanya sekumpulan kertas berisikan coretan. Sebuah buku akan terus hidup di dalam pemikiran pembacanya.
Bagaimana sih sejarah awal peringatan Hari Buku Internasional? Mengutip wikipedia.org, Hari Buku Internasional berawal dari perayaan La Diada de Sant Jordi di Catalunya, Spanyol.
Pada 23 April 1923, para pedagang buku di sana mengadakan festival. Acara tersebut merupakan festival buku tahunan untuk memeperingati kematian Saint Jordi. Kala itu, Saint Jordi dikenal dan sangat identik dengan segalam macam kegiatan yang berkaitan dengan buku.
Festival buku di Catalunya ternyata memberi inspirasi bagi masyarakat dunia. Berawal dari sini, UNESCO menetapkan 23 April sebagai Hari Buku Sedunia. Kemudian menyusul perayaan Hari Buku Sedunia yang pertama kali pada 1995 di Paris, Perancis.
Perayaan tersebut bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada buku beserta penulisnya. Selain itu juga mengkampanyekan budaya membaca, penerbitan dan hak cipta.
Mengutip dari halaman yang sama, pemilihan tanggal 23 April oleh UNESCO memiliki banyak alasan. Pada tanggal tersebut, terdapat beberapa sastrawan besar dunia yang meninggal.
Misalnya Cervantes, Inca Garcilaso de La Vega dan Shakespeare yang meninggal pada 23 April 1616. Moment tersebut berdasarkan sistem Kalender Gregorian (Spanyol) dan Kalender Julian (Inggris).
Menjadikan Buku sebagai Bagian dari Ekosistem Manusia
Lalu, bagaimana dengan kondisi buku-buku di tangan generasi milenial saat ini? Tidak perlu jauh-jauh menengok ke Spanyol atau Perancis. Mari kita intip sejauh mana peradaban literasi di Kota Bojonegoro. Khususnya terkait dengan buku.
Bibliofil asal Bojonegoro, Okky Wisnu Widodo menjelaskan, sejauh ini, Bojonegoro memang sudah mulai ada geliat perbukuan. Indikatornya jelas. Selain banyak komunitas pegiat literasi, juga marak diadakan even-even berbasis buku.
Hanya, tentu saja, tidak ada ukuran jelas untuk menilai seseorang mencintai buku atau tidak. Sebab, kata dia, saat ini, orang yang tidak mencintai buku pun bisa foto selfie bersama buku dan itu sudah tampak seperti mencintai buku.
“Tapi secara umum, masyarakat terutama anak-anak muda Bojonegoro sudah banyak yang dekat dengan buku. Itu ditandai dari banyaknya acara berbasis buku yang digerakkan anak-anak muda,” ucap dia.
Terkait peringatan Hari Buku Sedunia, Okky menyampaikan, ini momentum yang bagus untuk menjadikan buku sebagai pendamping, sebagai gaya hidup dan sebagai bagian dari ekosistem manusia.
Jika tiga hal itu sudah diterapkan, tentu masyarakat tidak mudah gupuhan dan reaksioner terhadap berbagai peristiwa. Sebaliknya, kian dalam dan tenang dalam menghadapinya. Sebab menurut dia, banyaknya kericuhan di medsos, bisa jadi, disebabkan minimnya minat baca.
“Kita harus berani menjadikan buku sebagai pendamping, gaya hidup dan bagian dari ekosistem manusia,” pungkas dia.
Nabs, peran buku begitu penting. Buku merupakan rekam jejak ilmu dan pengetahuan. Ilmu dan pengetahuan itu berdasarkan pemikiran para pendahulu. Tanpa membaca, kita bisa kehilangan identitas.
Baik identitas sebagai manusia berakal, maupun sebagai masyarakat lokal, nasional dan global. Bahkan, tanpa membaca buku, kita mungkin kembali menjadi primitif.
Melalui Hari Buku Sedunia, mari kita tingkatkan minat baca dan kemampuan literasi. Iqra’ yang berarti “Bacalah!” sedari awal kita sudah diperintahkan untuk membaca. Jika saat ini kita belum senang membaca, maka anggaplah itu perintah, bukan anjuran.
Bagi kamu yang belum begitu suka membaca, mulailah untuk membaca buku. Carilah buku yang sesuai dengan apa yang disukai. Setiap buku akan menemukan pembacanya. Setiap pembaca akan menemukan bukunya.
Tinggal tugas kita mencari buku mana yang menjadi jodoh kita. Bukan hanya mencari jodoh dalam arti pasangan hidup saja. Kalau soal itu, serahkan saja pada tuhan.