Berikut 7 ciri kamu sedang berbaha(gi)ya.
Bahagia banyak definisinya. Banyak pula narasinya. Ada yang bilang bahagia itu tujuan, sehingga harus bersusah payah untuk mencapainya. Ada juga yang bilang, bahagia itu jalan untuk melalui kehidupan, sehingga harus menaklukkan marabaha(gi)ya setiap hari. Kamu mau pilih definisi yang mana nih, Nabs?
Yang paling penting dari dua definisi itu adalah, bahagia bisa dan harus diciptakan sendiri. Baik diciptakan sebagai imaji hari esok yang lebih baik— agar mendorong kamu berusaha lebih keras hari ini— maupun diciptakan sebagai rona dan warnamu dalam menjalani hidup sehari-hari.
Terlepas dari itu semua, bahagia itu bisa dilihat kog, Nabs. Setidaknya bisa ditandai dan didiagnosa ciri-cirinya. Nah, berikut 7 ciri Nabsky sedang bahagia versi Jurnaba.
1. Raut Muka Bahagia
Pertama, ciri bahagia itu raut muka yang auto-senyum, alias nggak pernah menanggalkan ekspresi tersenyum dan wajah yang berbinar-binar. Pasti kamu pernah mengalami momen ketika mukamu selalu terasa tertarik oleh magnet-magnet kebahagiaan, sehingga kamu sulit untuk tidak tersenyum.
Bahkan, hal-hal kecil seperti kucing bermain bersama saudaranya di ujung jalan, atau bunga-bunga yang bermekaran, serta orang-orang bersendagurau di pasar bisa membuat tingkat kebahagiaanmu naik.
Aura kebahagiaan ini tidak hanya mempengaruhi harimu, namun juga orang-orang di sekitarmu. Mengutip iklan minuman vitamin C yang langganannya mbak-mbak ratu sejagad, fresh from the outside, bahagia on the inside.
2. Merasa Waktu Cepat Berlalu
Kedua, waktu terasa lebih cepat berlalu. Pasti kamu pernah menghabiskan waktu bersama dengan seseorang yang istimewa: membicarakan hal-hal remeh, hingga menggosipkan tingkah laku dan kebijakan Trump yang aneh.
Dua puluh empat jam rasanya termampatkan jadi dua puluh empat menit yang sanggup mengisi kantung kebahagiaanmu dalam dua puluh empat minggu ke depan. Bahagia akan membuatmu lupa pergantian shift matahari dan bulan. Pergantian siang malam terasa seperti kejutan alam untuk jadi topik pembicaraan tambahan. Duh, syahdu skali, Nabsky…
3. Sensitif Terhadap Lirik Lagu Bahagia
Ketiga, lebih sensitif terhadap lirik lagu yang bahagia. Coba deh kamu iseng mainin playlist acak di YouTube, Soundcloud, Spotify, atau platform yang menyuguhkan musik lainnya. Pasti kamu akan merasakan suatu getaran yang berbeda saat menemukan nada-nada dan lirik yang menurutmu pas dengan suasana hatimu saat berbahagia. Kamu merasa seperti masuk dalam suatu video klip musik, dan kamu akan memutar lagu itu lagi dan lagi.
Hmmm, sebenarnya hal ini juga terjadi saat kamu lagi sedih, Nabs. Bedanya, saat suasana hati sedang sedih, lirik lagu sendu dengan nada minor lebih mudah kamu tangkap. Intinya, ketika sedang berada di titik zenith (titik tertinggi) dan nadir (titik terendah) dari emosi, kamu akan lebih peka terhadap pesan-pesan alam semesta. Termasuk yang dibisikkan melalui playlist musik yang kamu mainkan secara acak.
4. Hari-hari Penuh Soundtrack
Keempat, kamu merasa seakan dunia sedang menyusun suatu aransemen musik yang indah untuk jadi soundtrack harimu. Nabsky pernah nontoh 500 Days of Summer? Ada satu adegan ketika Tom sedang kasmaran pada Summer, gadis misterius dengan mata cemerlang yang ia sukai di kantor. Dalam adegan itu, Tom larut dalam lantunan musik di headphone-nya, dan dia merasa setiap orang yang ia temui di jalan, bahkan burung-burung pun ikut berdendang dan berjoged merayakan kebahagiaannya.
Nah, ini pula yang akan kamu rasakan saat bahagia. Kamu merasa klakson motor yang tergesa-gesa ingin mendahuluimu ibarat dentuman bass dengan tempo yang rancak. Kamu juga merasa angin yang meniup dedaunan membentuk suatu melodi indah. Bahkan suara temanmu yang mengetukkan jarinya di keyboard laptop ibarat synthesizer dengan irama ganjil, namun menggenapi aransemen musik tadi. Tak lupa, gumaman kebahagiaan dari tenggorokan, suara tarikan napas, dan detak jantungmu jadi lead vocal. Singkat kata, semua jadi indah dan melodik.
5. Cuek dengan Omongan Menyebalkan
Kelima, kamu lebih bisa santai terhadap tingkah laku atau omongan yang menyebalkan. Contohnya, kamu tetap bisa tersenyum bahkan tertawa lepas walaupun mendengar omongan tetangga yang tidak pernah menggunakan sitasi dan referensi yang berstandar jurnal internasional, alias jadi asumtif, ngglambyar, dan minim kebenaran.
Atau, kamu bisa lebih santai menghadapi pak becak yang nyelonong dari arah berlawanan, ngebut sambil mengacungkan tangan ke atas, seakan semua kendaraan mampu membaca tanda itu lalu dapat menyesuaikan ritme laju kendaraan. Saat bahagia, hal-hal besar maupun kecil yang biasa bikin kamu jengah di hari-hari yang moody tidak akan mengganggumu, Nabsky.
6. Lebih Toleran
Keenam, kamu lebih bisa toleran terhadap hal-hal yang berseberangan dengan keyakinan, ideologi maupun idealisme kamu. Ciri bahagia yang satu ini sangat baik untuk kesehatan jiwamu, Nabs. Di dunia yang terlalu terkotak-kotakkan oleh perbedaan, menjadi toleran dan memahami pemikiran yang berbeda terasa sangat mewah dan berkelas. Kamu juga tidak perlu repot-repot memaksa urat lehermu bekerja keras hanya karena merespon hal-hal semacam itu. Di sisi lain, dengan aura kebahagiaanmu, kamu bisa menjadi penyejuk bagi gerahnya dunia nyata maupun maya.
7. Dipenuhi Energi Positif
Ketujuh, yang paling penting adalah kamu dipenuhi energi positif. Sehingga, kamu selalu berpikiran optimistis. Setidaknya, kamu bisa berkata, “ah semesta mendukungku, apa lagi yang harus aku khawatirkan…”. Pernah baca atau nonton film self-help yang booming banget tahun 2006 dengan judul The Secret ga, Nabs? Nah, buku itu membagikan beberapa resep rahasia tentang hubungan manusia dan alam semesta.
Layaknya ajaran agama, alam semesta adalah refleksi dari persepsi manusianya. Makanya, buku itu akan meminta kamu membayangkan hal-hal yang positif untuk mendapatkan perihal yang positif pula. Nah, berarti kalau sedang bahagia dan dipenuhi energi positif, maka kamu akan menarik lebih banyak hal-hal positif, gitu Nabs…
Hmmm.. itu tujuh ciri bahagia menurut Jurnaba, Nabs. Jadi, gimana? Yakin gamau menantang marabaha(gi)ya?
Ditulis pada 23/11/2018