Jembatan, kau tahu, mengajarkan pada manusia sikap ikhlas yang teramat brutal. Ia rela diinjak dan menahan beban demi memudahkan orang lain sampai di tujuan.
Jembatan-jembatan penghubung sungai yang ada di Kota Bojonegoro, memiliki kemiripan dengan jembatan Bosphorus, jembatan penghubung dua benua, yang ada di Turki. Jika Bosphorus menghubungkan selat, Bojonegoro menghubungkan sungai.
Bogazici Koprusu alias Jembatan Bosphorus, merupakan jembatan gantung yang melintang di atas Selat Bosphorus, Istanbul, Turki. Jembatan ini, menghubungkan Desa Ortakoy di sisi Eropa Istanbul, dan Desa Beylerbeyi Anatolia, sisi Asia Istanbul.
Jembatan Bosphorus tak hanya jadi jalur penghubung antar kawasan, tapi juga ekonomi, sejarah, hingga peradaban dua benua sekaligus, Asia dan Eropa. Bahkan, Jembatan Bosphorus mampu jadi ikon wisata Kota Istanbul.
Nabs, tidak perlu jauh-jauh ke Istanbul Turki, Bojonegoro pun memiliki jembatan serupa Jembatan Bosphorus. Sebab, tak hanya memudahkan jalur ekonomi. Tapi juga ikonik. Bahkan, jumlahnya ada 3 jembatan.
Jika Bosphorus melintasi selat, jembatan di Bojonegoro melintasi sungai Bengawan Solo. Ketiga jembatan tersebut, antara lain: Jembatan Padangan – Kasiman, Jembatan Kalitidu – Malo, dan Jembatan Bojonegoro – Trucuk.
1. Jembatan Padangan – Kasiman
Jembatan yang diresmikan pada 2016 lalu itu, memang ikonik. Sebab, tidak hanya menghubungkan jalur ekonomi. Tapi, justru menjadi pusat ekonomi baru. Mengingat, di kawasan Jembatan Padangan, terdapat tempat wisata lokal yang menampung banyak pedagang.
Jembatan yang saat kau melintas di sana bisa menghadirkan suasana Golden Gate tersebut, tidak hanya menjadi jujugan wisata masyarakat Padangan dan Kasiman saja. Tapi juga kecamatan di sekitarnya seperti Purwosari, Ngraho hingga Cepu.
Persamaannya dengan Jembatan Bosphorus, dua jembatan itu mempermudah rindu bertemu, mempersingkat cinta mendarat, dan memicu yang jauh untuk mendekat.
2. Jembatan Kalitidu – Malo
Jembatan yang memiliki konstruksi baja melengkung itu, sepintas memang mirip Sydney Harbour Bridge di Australia. Hanya, banyaknya coretan vandal membikin pemandangan kurang ramah di mata.
Jembatan Malo juga mempermudah akses ekonomi masyarakat sekitar. Terutama proses distribusi produk pertanian. Mengingat, mayoritas masyarakat merupakan petani. Selain itu, juga menjadi titik bersantai masyarakat sekitar.
Persamaannya dengan Jembatan Bosphorus, sama-sama memotong jarak demi mempermudah akses masyarakat, sekaligus memaksimalkan mimpi bergerak.
3. Jembatan Trucuk – Bojonegoro
Jembatan penghubung kecamatan yang selesai dibangun pada akhir 2018 silam itu, tak hanya mempermudah akses transportasi masyarakat Trucuk dan Bojonegoro. Tapi juga mampu menghadirkan ruang bersantai dan berekreasi.
Jembatan yang konstruksinya mirip dengan Jembatan Malo — model Sydney Harbour Bridge — itu, tentu bisa jadi ikon ruang wisata yang dekat kota. Asal, dikelola dengan baik. Sebab, urusan mengelola dan merawat selalu jadi perkara yang tidak sederhana.
Persamaannya dengan Jembatan Bosphorus, tentu, mereka sama-sama menahan beban demi melancarkan tujuan bagi mereka yang ingin melintas dan menggapai apa yang diinginkan.
Jembatan, kau tahu, mengajarkan pada manusia sikap ikhlas yang teramat brutal. Ia rela diinjak dan menahan beban demi memudahkan orang lain sampai di tujuan.
Nabs, untuk menyamakan 3 jembatan di Bojonegoro itu dengan Jembatan Bosphorus memang teramat jauh. Namun, setidaknya, masyarakat Bojonegoro harus belajar dari masyarakat di Istanbul tentang kebanggaan memiliki jembatan.
Sebab, dengan memiliki kebanggaan pada apa yang dimiliki, tentu proses perawatan dan pemeliharaan lebih maksimal. Alasannya, yang merawat dan menjaga tidak hanya pemerintah. Tapi juga masyarakat secara langsung.