Kenapa tidak ada kursus bahasa Jawa? Padahal, banyak orang Jawa yang tak bisa berbahasa Jawa dengan baik dan benar.
Persaingan masuk perguruan tinggi sudah dimulai. Calon mahasiswa mulai beradu ketangkasan. Dengan ditentukan seberapa besar nilai yang diraih. Nantinya munculnya nilai itu, akan dijadikan chekpoint untuk masuk perguruan tinggi.
Kawan-kawan berusaha keras demi jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Banyak hal dilakukan untuk melakukan persiapan ini. Dari yang mulai makan soal belajar sendiri. Hingga ikut les atau kursus ke lembaga untuk mengikuti program bimbingan. Semua dilakukan agar bisa meraih impian.
Fenomena program bimbingan ramai terjadi di seluruh kota, tak luput juga dari Bojonegoro. Salah seorang kawan asal SMA Bojonegoro yang tidak ingin disebut namanya. Juga mengikuti program bimbingan ini, sebagai latihan memakan soal untuk tes masuk perguruan tinggi.
“Persiapan saya untuk masuk universitas ya dengan cara ikut program bimbingan ini,” jelas siswa kelas 12 itu.
Selain itu dia juga sekalian melebarkan jaringan dengan mengenal teman baru dari sekolah lain. Dengan banyak teman yang dikenal bisa dijadikan barengan untuk masuk ke universitas yang dituju. Dia juga tidak keberatan mengeluarkan biaya lebih untuk ikut program bimbingan.
“Ada harga yang harus dibayar untuk mimpi, kalau hanya bermimpi saja semua orang juga bisa. Tapi untuk mewujudkan mimpi harus ada usaha,” tambahnya.
Momen seperti ini terjadi setahun sekali. Dimana banyak lembaga belajar yang menawarkan jasa. Untuk program bimbingan masuk perguruan tinggi. Hal ini ditujukan untuk mewujudkan impian kawan-kawan yang ingin masuk ke perguruan tinggi pilihannya.
Ada juga yang belajar memakan soal sendiri. Kawan-kawan mengasah kemampuan engan melahap soal-soal latihan, tanpa ikut program bimbingan. Dirasa bimbingan yang diberikan dari sekolah juga sudah cukup. Hanya tinggal terus melatih diri sendiri dengan melahap soal-soal latihan.
Seperti yang dilakukan Febryan lukman, salah seorang siswa kelas 12 SMA Bojonegoro. Febryan tidak mengambil langkah dengan mengikuti program bimbingan, yang ditawarkan lembaga belajar. Febryan memilih untuk belajar sendiri dirumah dengan melahap latihan soal.
“Kegiatan diluar jadi berkurang, sambil menunggu kelulusan sekalian belajar sendiri dirumah,” kata Febryan.
Begitulah kira-kira suasana liburan sekarang. Dipenuhi dengan soal dan belajar untuk bisa masuk PTN pilihan. Dengan belajar sendiri maupun didukung lembaga kursus, semua sesuai pilihan kamu. Intinya tetap meraih mimpi dengan segala usaha yang dilakukan.
Betewe soal lembaga kursus, kenapa tidak pernah terdengar tentang kursus bahasa daerah ya? Padahal hal semacam ini bisa dijadikan program untuk melestarikan budaya daerah Indonesia. Kenapa hanya pelajaran tertentu saja yang ada kursusnya. Banyak lho bahasa daerah yang ada di Indonesia, seperti bahasa jawa misalnya.
Kamu pasti bergumam, kan sudah bisa dan terbiasa digunakan bahasa sehari-hari. Benar juga ya, tapi bahasa jawa tak sekedar itu saja. Masih ada bahasa jawa kromo inggil yang bahkan kita sebagai orang jawa tak mengerti apa artinya. Hal ini banyak kamu jumpai dalam acara nikahan tentunya di jawa.
Saat MC acara nikahan berbicara dengan bahasa jawa kromo inggil. Saya pun tidak mengerti apa yang dibicarakan. Dari situ bisa disimpulkan tak banyak MC muda nikahan karena jarang yang menguasai bahasa jawa kromo inggil. Gimana mau ada yang muda kalau regenerasi tidak ada.
Bahkan anak sekarang juga tak mengerti bahasa daerahnya. Seolah bahasa daerah tergerus dengan zaman. Apakah ini yang disebut penjajahan era modern. Perlahan bahasa daerah kita kalah dengan hadirnya bahasa asing. Yang gandrung dipelajari karena desakan kondisi dan situasi.
Bahkan bahasa Indonesia sendiri juga kalah dengan bahasa kulon yang keseharian digunakan. Meski bahasa jawa ngoko masih lazim digunakan keseharian. Namun bahasa jawa tak sekadar ngoko saja. Kamu juga tahu bagaimana susahnya ha, na, ca, ra, ka sebagai huruf jawa.
Menarik sepertinya kalau dijawa penuh dengan goresan huruf jawa. Hal ini juga bisa menarik perhatian wisatawan asing yang datang ke jawa. Local wisdom sangat berpeluang besar sebagai aware. Kalau kata eyang-eyang kita, wong jowo ojo lali jawane.
Bahasa jawa itu susah tak semudah yang dibayangkan. Bahasa jawa bukan hanya tentang yang dipakai keseharian. Ini baru bahasa jawa saja, kamu tahu kalau bahasa daerah di Indonesia sangat beragam. Kamu bisa bayangkan kalau setiap bahasa ada tempat kursusnya, bisa-bisa kursus bahasa asing yang menjamur seperti sekarang ini akan tersaingi.