Bagiku bahagia itu sederhana. Dan kini kesederhanaan itu tengah aku rindu. Rindu yang berjumpa dengan temu kala libur panjang menjemputku.
Mentari mulai tertawa lebar. Lantas hampir tersenyum. Orang-orang mulai pulang dari jum’atan. Satu dua hingga lebih dari empat puluh orang. Sebagai perempuan, aku segera melaksanakan ibadah sholat dhuhur diimami ibu. Disusul dengan wirid lantas menadah tangan untuk berdo’a.
Setelah itu aku dan ibu akan makan siang bersama. Sepiring berdua. Namun sebelumnya ibu akan main sulap dengan alat masaknya. Membuat sambal teri. Yupz, sambal dengan ikan teri.
Ikan teri yang mempunyai beribu fungsi. Seperti menyehatkan jantung, tulang, mata, mencegah anemia, menurunkan berat badan, rendah akan kadar merkuri dan fungsi lainnya lagi.
Aku bagian mengupas lima bawang merah, memotong cabe sebanyak tujuh menjadi dua bagian dan mengiris dua tomat menjadi empat. Kata ibu, cabe harus dipotong sebelum digoreng agar tidak meledak. Jadi nggak perlu takut untuk menggoreng cabe.
Bahan-bahan untuk sambal sudah siap. Ibu terlebih dahulu menggoreng ikan teri. Setelah itu bahan sambal langsung nyemplung di penggorengan. Sejurus kemudian bahan-bahan itu telah kecoklatan. Setelah ditambahi sedikit garam dan terasi, tanganku mulai ngulek.
Sambal teri pun sudah matang. Ibu mengambil piring dan memberikan dengan porsi dua orang. Sayur bening (jangan menir) yang di dalamnya daun kelor serta labu kuning jadi hiasan telah mengguyur segunung nasi.
Daun kelor yang ternyata punya segudang manfaat. Seperti memberi nutrisi, kaya akan antioksidan, bisa menurunkan kadar gula, bisa meredakan peradangan, menurunkan kolestrol, baik untuk daya ingat dan lainnya lagi. Untuk yang sering lupa sering-seringlah mengonsumsi daun kelor.
Labu kuning pun juga punya banyak manfaat. Seperti mempercantik kulit, meningkatkan sistem imun, menjamkan penglihatan, menurunkan tekanan darah membatu pertumbuhan tulang, baik untuk gigi dan lainnya lagi.
Sebagai pelengkap makanan ndeso itu, kami menambahkan bakwan jagung(pelas). Jagung pun juga banyak guna. Seperti meningkatkan energi, mengurangi sembelit, anti kanker, sehat untuk bakteri usus, bebas gluten dan lain-lain.
Untuk mengawali makan, kami pun berdo’a.
“Allahumma barik lana fi ma rozaqtana wa qina adza bannar, aamiin”
Tangan kanan ibu dan aku pun langsung menyerbu piring nasi itu. Makan dengan tangan adalah sunah Rasulullah, apalagi jika menggunakan tiga jari; ibu jari, telunjuk dan jari tengah.
Menurut dokter pun makan dengan tangan hanyak kebaikannya. Seperti mencegah diabetes, meningkatkan sirkulasi darah, lebih hiegenis, menjadi sensor suhu dan lain sebagainya.
Makanan ndeso menurutku lebih enak dan lebih sehat. Jujur saja aku lebih memilih makan seperti itu dengan sepiring berdua dari pada makanan mahal lainnya. Bagiku bahagia itu sederhana. Dan kini kesederhanaan itu tengah aku rindu. Rindu yang berjumpa dengan temu kala libur panjang menjemputku.
Ah, andai tulisan itu kini tengah berada di kenyataanku. Bukan hanya kenangan pada lembar tulisan. Andai saja. Andai saja.
Tuban, Jum’at 21 Februari 2020
Mukaromatun Nisa, siswa SMK Al-Hikmah Soko Tuban yang suka menulis sejak dalam pikiran.