Melalui film, manusia bisa mendapat pengalaman baru. Perjalanan para tokoh bisa dirasakan penontonnya. Sedih, bahagia, tertekan, terkejut, semua akan terasa saat menontonnya.
Tampak jejeran pemuda berkaos hitam di meja kedai kopi. Jumlahnya enam orang. Ramai riuh berbincang soal film. Bahkan, suaranya terdengar hingga di seberang jalan.
Perdebatan terjadi. Adu argumen tidak terbendung lagi. Namun, perdebatan tidak dengan kepala panas. Malahan, suara tawa terdengar nyaring bersahut-sahutan.
Semua saling memberi rekomendasi. Judul film mana yang harus ditonton. Berusaha unggul dalam selera movie. Dalam satu kesempatan, muncul pertanyaan dari salah seorang.
“Bagi dong, judul film yang ditonton bisa bikin nangis-nangis,” kata seorang pemuda berambut gondrong bernama Dimas Alfarizi.
Bagi lingkaran pemuda tersebut, request Dimas terdengar lucu. Pasalnya, kelompok pemuda itu memiliki background pecinta musik metal. Kurang pas sih kalau anak metal nonton film sad romance.
Bullying terlempar padanya. Sayang sekali, penikmat sad movies atau romance movies menjadi bahan banyolan. Tapi, itu hanya sebatas dialektikal pergaulan.
“Lagi butuh pancingan untuk merenung, dhe,” ucap Dimas untuk merespon sikap teman-temannya.
Eits, tunggu dulu. Anak metal juga manusia. Emosi tidak selalu menggebu-gebu. Biarpun musiknya keras, perasaan manusia sama saja. Berubah-ubah dan bisa terbolak-balik kapan saja.
Karena itu, emosi perlu dilatih. Pasalnya, setiap keadaan manusia bisa berubah. Rutinitas cenderung membuat hidup terasa gitu-gitu aja. Emosi begitu monoton.
Melalui film, manusia bisa mendapat pengalaman baru. Perjalanan para tokoh bisa dirasakan penontonnya. Sedih, bahagia, tertekan, terkejut, semua akan terasa saat menontonnya.
Hal tersebut seperti yang sempat disampaikan seorang penulis naskah film, Ipank PWO. Ipank membagi cerita tentang pembuatan sebuah film. Menurutnya, film memberikan pengalaman baru kepada penontonnya.
“Sebuah film dibuat untuk disuguhkan ke penonton dan membagi pengalaman para tokohnya,” kata Ipank yang pernah terlibat dalam produksi film Yo Wis Ben 2.
Film mampu memberikan pengalaman baru. Melalui cerita yang ditampilkan, penonton dilibatkan secara perasaan. Karena itu, tidak mengherankan jika penonton ikut tertawa atau menangis.
Bahkan, penonton bisa belajar tentang rasa simpati dan empati. Inilah yang membuat suatu film disukai. Terdapat perasaan yang dipengarungi cerita. Ini menjadikan pengalaman emosi bagi penontonnya.
Oleh karena itu, film bukan hanya sebagai hiburan. Ada pesan dan pengalaman yang disampaikan. Misalnya terlibat secara emosional. Itu membantu dalam mendidik manajemen emosi.