Serdadu cinta merupakan simpul Maiyah di Bojonegoro. Sudah tahu Maiyah kan, Nabs? Yap, forum diskusi kulturalnya Emha Ainun Najib (Cak Nun) tersebut, memang ada di mana-mana. Salah satunya, tentu saja, di Kabupaten Bojonegoro.
Bojonegoro, layaknya kota lain, juga memiliki jamaah diskusi kultural pemikiran Cak Nun. Setiap kali Maiyah Serdadu Cinta digelar di Bojonegoro, tidak sedikit kaum muda penikmat buah pikir Cak Nun hadir memadati lokasi.
Serdadu Cinta. Itu nama sekaligus doa bagi para jamaah Maiyah Cak Nun di Bojonegoro. Sebuah nama yang, saat kau sebut: mampu menghadirkan bayangan akan berderet pasukan yang berjuang demi cinta. Iya, cinta memang patut untuk kita perjuangkan, Nabsky.
Maiyah Serdadu Cinta dihelat setiap Jumat Legi, 36 hari sekali. Kalau setahun berarti 10x, Nabs. Serdadu Cinta sendiri, terbentuk sekitar tiga tahun lalu. Dua tahun sebelumnya, menggunakan nama Maiyah Bojonegoro.
“Baru satu tahun ini kita resmi menggunakan nama Serdadu Cinta,” kata salah satu pengurus Serdadu Cinta, Abdul Kholiq kepada Jurnaba.co, Jumat (7/12/2018).
Abdul Kholiq yang akrab disapa Kang Obeh itu menjelaskan, tujuan Serdadu Cinta untuk sambung seduluran. Tanpa ada sekat kepentingan. Bersama sinau ngudar rasa, dan sholawatan bersama. Berteduh melingkar dan belajar. Sebab, menurutnya, yang terpenting dari hidup adalah hasil out put sosialmu ke masyarakat.
Di Bojonegoro, Serdadu Cinta memiliki agenda rutin berdiskusi. Secara Istiqomah, hampir tiap 36 hari sekali, puluhan bahkan ratusan jamaah yang didominasi muda-mudi itu berkumpul untuk membincangkan berbagai hal.
Tidak hanya berdiskusi, tapi juga menampilkan sajian musik. Jika Maiyah memiliki Kiai Kanjeng, Serdadu Cinta memiliki Ajisoka. Layaknya Kiai Kanjeng, Ajisoka juga selalu mengiringi berbagai agenda Serdadu Cinta.
Nabs, musik memang selalu beriringan dengan Maiyah. Secara fundamental, musik terdiri atas bunyi, nada, dan irama. Aspek dasar ini dianggap Cak Nun mustahil terlepas dari kehidupan manusia.
Karenanya, jika musik diharamkan atas nama agama, maka berbagai aktivitas seperti ujaran verbal semestinya dilarang pula.
Nah, ini nih yang bikin anak-anak muda millennials suka. Maka wajar jika Serdadu Cinta mayoritas didatangi peserta-peserta usia muda.
“Karena merasa satu pemikiran, keresahan, dan permasalahan, ditambah lagi tidak banyak ditumpangi kepentingan-kepentingan, anak-anak muda lebih gampang menyatu,” ungkap Nasruli, aktivis Serdadu Cinta.
Terlebih lagi segala opini, pertanyaan di forum itu sangat terbuka sekali. Sebab semua ungkapan berbasis keteduhan. Berteduh, melingkar, dan Belajar. “Kata-kata hangat itu yang akan ditemukan di suasana Maiyah Serdadu Cinta,” imbuh Nasruli.
Nabs, sepertinya hanya di sini lho pengajian boleh pakai outfit bebas berekspresi. Mau pakai kaos gambar metal, celana jeans sobek-sobek, Korean style, Japanese style, gaya harjuku misalnya, apapun bisa diterima di sini.
Pernah nih, Nabs waktu saya ikut Maiyahan di Tuban. Pada saat itu Mbah Nun hadir. Nah, uniknya nih Nabs, di situ banyak anakmuda yang outfit-nya ibarat mau nonton konser band indie. Keren nggak tuh.. Hee
Sepengamatan saya, influencer gen-z saat ini arahnya juga ke Maiyah loh. Misal saja Uus komika. Standup comedian ini sudah beberapa kali datang ke Kenduri Cinta Jakarta. Uus dulu sering posting juga tentang Maiyah melalui akun twitternya.
Lalu ada lagi, Tretan Muslim. Doi sempet viral kemarin akibat video eksperimen memasak kuliner berbahaya. Tretan tuh, selalu memakai kopiah atribut khas Maiyah. Banyak lagi kok contoh lainnya.
Gimana nih, nggak pengen ikutan Maiyah? Bisa dong buat jadi pilihan kamu untuk menambah wawasan ilmu spiritual. Buat Nabsky yang ada di Bojonegoro, nggak harus ke Jogja untuk merasakan nuansa diskusi ala Cak Nun. Kalau ingin update agenda Serdadu Cinta, Nabsky bisa ikuti di akun twitternya @SerdaduCintaID.