Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak sempat menyinggung istilah Gig Economy saat berkunjung ke Bojonegoro pada Selasa (19/2/2019). Gig Economy merupakan istilah yang muncul di era digital. Seperti apa Gig Economy itu? Yuk kita cari tahu bersama.
Secara sederhana, Gig Economy dapat diartikan sebagai kebergantungan dunia bisnis kepada freelancer atau independent workers dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan yang spesifik. Sebuah pekerjaan atau project dikerjakan oleh seseorang dengan sistem upah, bukan gaji.
Menurut Emil Dardak, Gig Economy dalam industri kreatif di Indonesia tak bisa dibendung lagi. Kemajuan teknologi informasi punya pengaruh besar dalam mengubah pola hidup masyarakat. Wakil Gubernur Jatim itu mencontohkan munculnya start up dan e-commerce yang ada di Indonesia.
“Dulu, ketika akan belanja sesuatu, kita harus melihat iklan baris di koran. Sekarang kita tinggal mengakses internet dan menuju e-commerce yang menawarkan aneka macam barang,” ungkap Emil Dardak ketika berada di Bojonegoro.
Saat bertemu dengan seratusan anak SMA sederajat di SMKN 5 Bojonegoro, Emil Dardak bercerita bahwa telah terjadi pergeseran paradigma dalam dunia kerja. Anak muda tak lagi terpaku dengan pekerjaan konvensional yang mengharuskan mereka bekerja dari pagi hingga sore.
Mantan Bupati Trenggalek tersebut menambahkan, dalam era Gig Economy ini, anak muda mulai beralih dengan pekerjaan-pekerjaan baru dengan sistem project. Sehingga, mereka tak perlu pergi ke kantor dari pagi hingga sore. Mereka bisa mengatur sendiri jam kerja hingga akhirnya sebuah project selesai.
Perkembangan Gig Economy ini sudah terlihat di Indonesia. Banyak anak muda yang mulai meninggalkan pekerjaan kantor mereka untuk kemudian menjadi freelancer dengan sistem pekerjaan by project. Tak heran jika muncul pekerjaan-pekerjaan baru seperti content writer, social media specialist, influencer, creative enginer dan masih banyak lagi.
Bayaran yang lebih tinggi dengan jam kerja yang lebih fleksibel menjadi alasan utama anak muda mulai beralih menjadi freelancer. Dengan upah dan bayaran yang lebih tinggi, anak muda tentu jadi lebih termotivasi untuk makin mengembangkan diri di era Gig Economy.
Untuk menunjang kreativitas dan visi anak muda, Pemerintah Provinsi Jawa Timur berniat untuk membangun Millenial Job Centre di Bojonegoro. Millenial Job Centre ini diharapkan mampu memfasilitasi pelaku industri kreatif yang mayoritas anak muda.
Tak sampai disitu saja, Millenial Job Centre ini juga diharapkan menjadi jembatan antara pelaku industri kreatif dengan klien dan investor. Dengan begitu, para pelaku indutri kreatif bisa bertemu dengan calon klien yang menawarkan project.
Bojonegoro mendapatkan kehormatan lho Nabs, sebagai tempat percontohan dari Millenial Job Centre ini di Jawa Timur. Semoga pembangunan Millenial Job Centre ini bisa berjalan dengan baik dan bisa memberikan manfaat besar kepada anak muda di Bojonegoro dan sekitarnya.