Pola kulit zebra mampu keluarkan efek mata Rinnegan — ala Madara Uchiha — yang memanipulasi bermacam jutsu-jutsu dari lalat. Sehingga membuat lalat pusing dan tak bisa melakukan pendaratan terkendali di atasnya, alih-alih nongkrong berlama-lama.
Zebra, tentu satu hewan yang memiliki warna identik. Warna strip hitam-putih dengan pola amat unik. Sebuah penelitian menunjukan bahwa warna dan pola itu ternyata berhubungan erat dengan lalat. Hmm, ini lucu tapi berbasis penelitian lho.
Saking unik dan menariknya warna zebra, sampai menginspirasi Pak Polisi untuk membikin zebra cross. Padahal, panda dan sapi juga punya warna kulit hitam-putih nan unik. Tapi tak ada panda cross atau cow cross. Inilah uniknya zebra.
Keunikan zebra, sesungguhnya tak hanya warna kulit hitam-putih belaka. Kalau mau memperhatikan warna zebra dengan seksama, pola strip dalam kulit zebra amatlah unik.
Karena keunikan pola dan warna kulit zebra, para ilmuan dan peneliti sampai menyia-nyiakan waktu demi melakukan penelitian dengan hipotesis: mengapa zebra punya kulit dengan warna dan pola yang tidak biasa? Wqwqwq
Sesungguhnya, pertanyaan itu telah dibahas sejak 150 tahun lalu oleh ahli biologi Victoria macam Charles Darwin dan Alfred Russel Wallace. Sejak saat itu, banyak ide diajukan. Dan dalam beberapa tahun terakhir, baru ada upaya serius menguji perkara tersebut.
Oleh para peneliti, gagasan-gagasan kenapa zebra memiliki warna kulit dengan pola yang unik, dikumpulkan dan dibagi menjadi empat kategori utama. Di antaranya; untuk menghindari tangkapan predator, untuk alasan sosial, untuk mempertahankan suhu dingin tubuh, dan untuk menghindari gigitan lalat.
Gagasan pertama, untuk menghindari tangkapan predator, tak terbukti. Sebab, eksperimen lapangan menunjukkan bahwa zebra menonjol di mata predator ketika berada di antara pohon-pohon atau di padang rumput. Bahkan ketika pencahayaan buruk, mereka tidak tersamarkan.
Saat melarikan diri dari bahaya, misalnya, zebra justru tak berperilaku memaksimalkan kebingungan predator akibat garis-garis yang mereka miliki. Gagasan terkait warna zebra untuk menghindari pemangsa, tidak dapat dipertahankan.
Gagasan kedua adalah alasan sosial. Wqwq kayak manusia saja, alasan sosial. Garis-garis yang dimiliki kulit zebra, membantu memudahkan zebra berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota spesies mereka. Tapi alasan ini tampak sangat tidak mungkin.
Mengingat, kuda atau zebra yang berwarna seragam, dapat mengenali sesamanya via penglihatan dan suara. Bahkan jika tiap zebra memiliki pola garis yang unik, justru memicu mereka untuk lebih mudah dikenali.
Gagasan ketiga adalah mempertahankan suhu dingin tubuh. Ya, semacam air conditioner (AC) bawaan gitu. Gagasan ini memang masuk. Saking masuknya, sampai memicu para peneliti membikin sebuah penelitian secara serius.
Peneliti membuat eksperimen melalui tong-tong besar berisi air yang dibungkus dengan kulit bergaris hitam-putih ala zebra, dan tong yang dibungkus kulit warna hitam saja tanpa garis atau putih polosan belaka. Lalu, tong-tong itu dipanaskan di lapangan.
Eksperimen di atas menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam suhu air bagian dalam tong. Selain itu, pengukuran termografi zebra, impala, kerbau, dan jerapah di alam liar menunjukkan bahwa zebra tidak lebih dingin dibanding yang lainnya. Alasan itupun gugur.
Gagasan keempat, yakni zebra berkulit hitam-putih demi menghindari gigitan lalat. Ini awalnya memang gagasan paling aneh dan ngawur dan hmm. Tapi, sialnya, toh alasan ini dipandang lebih kuat diantara yang lainnya.
Sebuah penelitian berjudul Benefits of zebra stripes: Behaviour of tabanid flies around zebras and horses yang dipublish di journals.plos.org pada Februari 2019 lalu, memperkuat alasan tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Tim Caro dkk dari University of California tersebut, mengungkap bahwa serangan lalat menjadi alasan kuat pendorong evolusi garis-garis zebra.
Tim Caro dkk memeriksa perilaku lalat di sekitar zebra dan lalat di sekitar kuda warna biasa yang hidup di peternakan kuda di Inggris.
Pengamatan Tim Caro dkk menunjukan bahwa lalat yang mendarat di zebra, lebih sedikit daripada lalat yang mendarat di tubuh kuda, per satuan waktu. Meskipun tingkat lalat yang berputar-putar atau menyentuh zebra dan kuda, tak ada perbedaan berarti.
Dalam sebuah eksperimen yang lebih mendalam, kuda yang mengenakan mantel kain dengan pola bergaris ala zebra, mengalami tingkat “didekati lalat” yang jauh lebih rendah. Lalat yang mendarat di tubuh kuda itu berkurang.
Dalam analisis video secara terpisah dan terperinci, lalat hanya mendekati zebra dan gagal mendarat di tubuhnya. Fakta ini menunjukan bahwa secara proporsional, lalat yang mendarat di bulu kuda lebih banyak daripada lalat yang mendarat di bulu zebra.
Secara keseluruhan, temuan ini menunjukkan bahwa dari dekat, permukaan bergaris zebra mencegah lalat untuk melakukan pendaratan terkendali, tetapi tidak mempengaruhi perilaku lalat dari kejauhan zebra.
Akibat dari keberadaan striping zebra, sangat sedikit lalat yang berhasil mendarat secara terkendali di tubuh zebra. Bahkan karena zebra suka bergerak-gerak, hanya sedikit yang bertahan lama bertengger di atas tubuh zebra — sesuatu yang tak dialami kuda.
Sebagai orang awam, saya jadi berpikir, bisa jadi, pola kulit zebra mampu mengeluarkan efek mata Rinnegan — ala Madara Uchiha — yang mampu memanipulasi bermacam jutsu-jutsu dari lalat.
Sehingga, membuat lalat pusing dan tak bisa melakukan pendaratan terkendali di atas tubuh zebra, alih-alih nongkrong berlama-lama di atas tubuh zebra tersebut.
Bagi orang awam kayak saya, para ilmuan mungkin melakukan kegiatan yang so called kurang gawean. Lha wong itu kan sunatullah yang tinakdir di tiap makhluk. Kok ya dipikir sebegitunya kayak mikir jodoh. Hhe
Tapi bisa jadi, penelitian itu jadi jalan bagi para peneliti untuk memahami bahwa: jika makhluk saja dicipta serinci dan se-reasonable itu, pasti penciptanya sosok yang luar biasa hebat dan penuh perhitungan.
Saya amat kagum dengan para ilmuan yang telah menyia-nyiakan banyak waktu demi mengetahui urusan sepele: kenapa warna kulit zebra unik dan khas.
Sialnya, saya juga menyia-nyiakan banyak waktu untuk membaca jurnal-jurnal tersebut sampai selesai. Hidup memang sawang sinawang. Nyawang orang lain lucu, tapi kita melakukan kelucuan yang sama.