Dalam bahasa Jepang ada frasa yang paling saya sukai yaitu Shikata Ga Nai/Shikata Nai/Shou Ga Nai yang berarti apa boleh buat atau kalau dalam bahasa Inggris, it can’t be helped.
Ya, Shikata Ga Nai merupakan suatu ungkapan yang menunjukkan bahwa memang tidak ada pilihan dan hanya itu yang bisa kita lakukan. Dalam bahasa yang lebih bijak, ia semacam kosmos tawakal.
Shikata Ga Nai dalam penggunaannya memang terdengar putus asa memang, tetapi ketika diucapkan dalam sebuah situasi sulit yang harus kita hadapi malah menjadikan ungkapan ini semacam obat hati- membuat lega dan menyadarkan kita bahwa tidak semua yang kita harapkan akan berjalan seperti yang kita inginkan.
Dalam sebuah tulisan di phsyocologytoday, ungkapan ini merupakan suatu budaya dalam Jepang sebagai bentuk penerimaan dalam menghadapi berbagai kondisi sulit yang dihadapi oleh masyarakat Jepang.
Sebagai Mahasiswa Bahasa Jepang saat itu, ungkapan ini sering saya gunakan dengan teman teman saya, menyelipkan beberapa kata dalam bahasa Jepang selain juga terdengar keren ada beberapa kata yang memang menurut saya lebih pas untuk di”perjepang”kan.
Salah satunya memang ini, shikata ga nai ketika diucapkan seperti ada kekuatan magisnya. Awalnya supaya terdengar keren tapi lama lama saya tidak sadar bahwa ungkapan ini menjadi pedoman dalam segala situasi dan kondisi yang harus saya hadapi.
Sedikit cerita, tahun 2019 lalu, ketika saya mau ke semarang balik ke perantauan, saya diturunkan di setasiun Ngrombo oleh petugas KAI karena tiket saya hanya sampai Cepu.
Padahal saya sudah bermain apik dengan duduk dan membeli kopi di gerbong restorasi, e tapi, ketahuan juga, emang dasar nasib. Nasib baik kucing-kucing an dengan petugas KAI sudah saya habiskan di perjalanan-perjalanan sebelumnya. Jadi sekarang tinggal apesnya.
Ketika diturunkan di Ngrombo saya berujar dalam hati. Shikata ga nai, yah emang saya salah ape pie maneh. Terus saya tarik napas panjang, hembuskan berusaha terlihat tenang dan tegar.
Meski masih ada kesal dengan petugas yang memperlakukan saya seperti seorang kriminal; dikawal dua petugas dari gerbong restorasi ke gerbong saya untuk ambil ransel pun ketika turun di Ngrombo saya dikawal juga sambil dipasrahkan ke petugas KAI setasiun sana.
Oemji, berasa saya ini anak buahnya El Chapo. Kesal, malu, bingung campur aduk jadi satu. Lagi lagi untuk membelenggu emosi saya, berkali kali saya bilang ok. Shikata Ga Nai, sekarang mari kita pikirkan bagaimana selanjutnya.
Akhirnya karena prinsip Shikata Ga Nai yang saya pegang itulah, nasib apes yang awalnya saya rasakan malah membuat saya bisa menikmati Grobogan. Yah, itung-itung bisa bikin saya makin tahu Indonesia.
Saya pun akhirnya broswing dan memutuskan untuk sekalian Travelling dadakan, Saya ke Ganesha Tidur, santai baca buku sambil minum es dawet, juga jalan jalan menikmati desa wisata Banjarejo sampai menjelang Maghrib.
Saya tidak hanya bisa legowo dan pasrah dengan keadaan yang saya hadapi tetapi juga bangga bisa bisa mengubah kemalangan menjadi pengalaman yang tidak semua orang bisa memiliki. Apa boleh buat emang jalannya begini. Ya gimana lagi.
Selain saya anggap sebagai bentuk penerimaan, saya juga merasa makna Shikata Ga Nai bisa dimaknai sebagai bentuk paksaan yang positif.
Misalnya, ketika di saat saat saya harus tampil didepan umum karena tuntutan pekerjaan ataupun lainnya, seringkali saya mengucapkan shikata ga nai, ya gimana lagi ya daripada nanti saya kena SP karena mangkir dari tugas misalnya. Jadi meskipun sengan berat hati saya tetap melakukannya.
Mantra ini tanpa saya sadari sudah menemani saya selama awal masuk kuliah sampai sekarang, bukan lagi untuk terdengar keren tapi memang ini mantra mujarab sekali untuk menjadi obat hati disegala kondisi dan situasi.
Prinsip shikata ga nai yang saya pegang selama ini ternyata hampir hampir mirip dengan prinsip stoicsm. Saya baru sadar pas baru baru ini saya baca Filosofi Teras, tulisan dari Henry Manampiring, yang kalau diringkas poinnya adalah let it go and let it flow, hanya pikirkan hal yang bisa kamu kontrol dan jangan pusingkan hal yang diluar kontrol kamu.
Shikata Ga Nai, apa boleh buat. Menjadi mantra andalan saya untuk menerima dan menjalani hidup yang tidak baik baik saja ini menjadi tetap tidak baik baik saja tetapi dengan penuh kerelaan dan secara sadar mengerti bahwa tidak semua yang kita inginkan bisa terjadi pun tidak semua hal yang kita butuhkan bisa seketika itu terpenuhi atau sesederhana bahwa kita sebagai manusia, apapun yang terjadi ya memang mesti menjalani hidup ini, Shikata Ga Nai na….