Bojonegoro punya kuliner soto yang khas lho. Soto khas Bojonegoro, tentu berbeda dengan soto-soto yang lain. Terutama soal komposisi dan rasanya. Seperti apa sih, Nabs, soto khas Bojonegoro ini?
Masyarakat nusantara pasti sudah sangat akrab dengan kuliner soto. Kuliner berkuah ini sudah tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Bahkan, setiap daerah punya ciri khas tentang olahan soto. Mulai dari Soto Lamongan, Banjar, Madura, Betawi, Padang hingga masih banyak lainnya.
Tidak ketinggalan pula, Bojonegoro juga mempunyai soto yang begitu khas. Soto ini termasuk kuliner legendaris di Bojonegoro. Sebagai kuliner khas, tentu ada pembedanya dong. Apa sih yang unik dari soto Bojonegoro dibanding soto yang lain?
Sebelum membahas keunikannya, ada baiknya Nabsky tahu sejarahnya dulu. Yaps, soto khas Bojonegoro yang dimaksud adalah Soto Bu Mar. Bagi kamu penikmat soto dan pernah mampir ke Bojonegoro, pasti pernah dengar namanya.
Adalah Marsidah. Perempuan hebat dibalik melegendanya nama soto Bu Mar. Dia mulai berjualan soto pada 1976. Dulu, jualannya masih dengan pikulan. Dia berkeliling dari desa ke desa di seputaran Kota Bojonegoro.
Karena terserang rasa lelah berkeliling, dia pun memilih membuka warung soto di tengah Pasar Kota Bojonegoro. Itu berlangsung selama k 2 sampai 3 tahun saja.
Setelahnya, Marsidah pindah ke area depan Kantor Pegadaian. Tepatnya di Jalan Kartini. Dari situ, warung soto miliknya semakin ramai pelanggan. Masyarakat lebih mengenal warungnya dengan nama Soto Gadean.
Kondisi itu tidak berlangsung lama. Seringnya penggusuran membuat Marsidah memutuskan mencari kontrakan. Sehingga, lebih taneg dalam berjualan.
Pada akhirnya, Marsidah membuka warung soto miliknya di Jalan Rajawali sebelum 2000. Dia membangun warung miliknya dengan nama Soto Ayam Rajawali Bu Mar.
Tempat ini masih bertahan hingga sekarang. Bahkan, ketika Marsidah wafat, usaha soto khas Bojonegoro ini diteruskan anak-anaknya.
“Kalau orang tua dulu lebih mengenal dengan nama Soto Gadean, soalnya jualan di depan Pegadaian,” kata Slamet Dwi Pujo, putra kedua dari almarhum Marsidah.
Keunikan dari Soto Khas Bojonegoro
Ada beberapa keunikan dari soto Bu Mar ini. Contohnya, cara penyajiannya. Soto Bu Mar disajikan dengan piring, bukan dengan mangkok. Bukan karena ada maksud tertentu. Melainkan sejak awal, Marsidah menyajikan sotonya menggunakan piring.
“Sejak awal ibu menyajikan dengan piring. Itu tidak berubah hingga saat ini. Tapi kami juga menyediakan mangkok kalau pelanggan minta,” kata bapak dua anak tersebut.
Selain itu, keistimewaan soto ayam Bu Mar adalah kuah yang menggunakan santan. Rasa soto terasa begitu gurih dan nikmat. Ayam yang digunakan pun ayam kampung. Selain butuh ayam kampung berukuran besar, daging ayam kampung memiliki kaldu yang berbeda dengan ayam potong.
Taburan bawang goreng di soto memberikan aroma sedap yang lebih kuat. Telur rebus sebagai isian pun begitu lembut. Hal ini merupakan ciri khas Soto Ayam Rajawali Bu Mar. Bahkan, banyak sekali pengunjung dari luar kota yang datang menikmati soto. Mulai dari Tuban, Lamongan, Surabaya hingga Blitar.
“Rombongan dari Jogja dan Semarang juga pernah, bahkan mereka memesan puluhan bungkus untuk dibawa pulang,” kata Slamet.
Pada 2002, Marsidah meninggal dunia. Usaha warung soto dilanjutkan oleh anak keduanya bernama Slamet Dwi Pujo. Orang yang akrab disapa Pak Put ini membuka cabang kedua di Jalan Mastrip 38. Hal itu dia lakukan pada 2006 lalu.
Pada pertengahan tahun 2019 nanti, Put akan memindah warung Soto Ayam Bu Mar ke Jalan Mastrip 38. Warung di jalan Rajawali akan ditutup. Sebab di sana tempatnya menyewa.
Jika dipindah, Put tidak perlu lagi menyewa tempat. Bangunan di Jalan Mastrip ini adalah milik keluarga Bu Mar sendiri.
“Ada yang bilang ke saya, sudah lama jualan soto tapi kok belum buka warung sendiri? Gitu,” kata Slamet.
Pada nantinya, Put merencanakan akan mewariskan usaha ini kepada anak atau keponakannya. Saat ini, Put mengelola warung Soto Ayam Bu Mar dibantu oleh beberapa keponakannya. Tidak hanya itu, Slamet juga mempunyai 6 karyawan yang membantunya.
“Untuk generasi selanjutnya, wajib dan harus ada yang meneruskannya,” kata bapak dari dua orang putra.
Warung Soto Ayam Rajawali Bu Mar ini buka setiap hari mulai dari pukul 6 pagi hingga 3 sore. Ini berlaku untuk warung di Jalan Rajawali. Sedangkan warung di Jalan Mastrip, buka setiap hari hingga malam.
Soto ini begitu terkenal di kalangan masyarakat Bojonegoro. Warung ini juga menerima pesanan. Menurut Pak Put, sering sekali kantor-kantor memesan soto miliknya untuk konsumsi rapat atau kegiatan semacamnya.
Bagi Nabsky-nabsky, wajib lho mencicipi Soto Ayam Bu Mar yang begitu legendaris ini. Dijamin bakalan puas dan ketagihan. Bagi pecinta kuliner yang tidak sabaran, disarankan memilih datang di luar jam makan siang. Warung ini penuh jejal di saat jam makan siang. Terlebih lagi saat hari libur.