Bersekolah begitu mudah. Tak perlu susah-susah. Asal punya karya atau kenekatan di atas rata-rata, pasti bisa melanjutkan sekolah. Bahkan, cukup punya banyak subscribers YouTube pun bisa melanjutkan studi.
Ada banyak hal yang membikin kenapa sekarang bersekolah begitu mudah. Selain banyak sekolah dan tempat belajar yang saling bersaing demi mendapat banyak siswa, nilai dan kecerdasan akademik sudah bukan jadi perkara utama.
Bagi yang bersekolah di atas tahun 2010, tentu masih ingat rasanya menghadapi UNAS. Betapa takutnya seseorang tidak lulus. Kini, perasaan takut akan tak lulus sudah begitu kecil.
Kini, sekolah punya kecenderungan butuh siswa. Bukan siswa yang butuh sekolah. Sebab, sekolah tanpa siswa hanya akan jadi pos ronda. Sementara, tanpa bersekolah pun, seseorang bisa belajar di internet. Wqwq ~
Keberadaan siswa, selain mempertebal eksistensi sekolah juga mempermudah sekolah mendapat biaya operasional. Fakta itu membikin banyak sekolah berlomba mencari banyak siswa. Sialnya, tak diimbangi kualitas pendidikan.
Diakui atau tidak, kapitalisme pendidikan punya dampak pisau bermata dua. Siswa kian mudah mencari dan lulus sekolah. Sekaligus kian mudah untuk tidak memaknai proses belajar.
Namun, mari kita cari dampak positifnya saja. Sebab, untuk mencari dampak buruk sudah terlalu mudah dan terlalu mainstream dan terlalu biasa saja.
Era kini, tak hanya sekolah saja yang mempermudah akses belajar. Namun juga universitas atau perguruan tinggi. Bahkan, nilai akademik yang dulu jadi syarat utama daftar sekolah, kini tak berdiri sendiri.
Baru-baru ini, sebuah universitas mempermudah konten kreator (anak-anak kreatif yang sering berkarya melalui media digital) untuk melanjutkan sekolah. Ini tentu sesuatu yang menyenangkan.
Nabs, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ) memberi kesempatan belajar bagi pemilik akun YouTube dengan 10.000 subscriber. Ini tentu kabar baik bagi mereka yang malas belajar tapi rajin bikin konten YouTube. Hee ~
Rektor UPNVJ, Erna Hernawati mengatakan, content creator youtube dengan minimal 10.000 subscriber merupakan salah satu syarat jalur prestasi pada pendaftaran mahasiswa baru SEMA UPNVJ 2019.
Erna menjelaskan, persyaratan itu menyesuaikan kemajuan era. Yakni revolusi industri 4.0. Di mana, era revolusi industri 4.0 memang sedang berkembang di Indonesia. Dan terus disuarkan dalam hidup keseharian.
“Kami ingin mahasiswa-mahasiswa di sini itu termotivasi agar lebih kreatif. Makanya kami beri penghargaan khusus Youtube Creator melalui jalur prestasi,” ujar Erna seperti dikutip Tirto.id
Pertanyaannya tak berhenti di situ. Akun youtube dengan konten seperti apakah yang akan diterima. Apa seperti kebanyakan akun kiwari yang berisikan prank dan prank.
Nabs, seperti yang kita tahu, akun YouTube dengan subscribers banyak biasanya tidak jauh dari konten prank-prankan yang kadang kurang sesuai dengan nuansa akademik.
Terkait itu, Erna menjelaskan jika kualitas akun akan dikuratori secara ketat oleh tim internal mereka. Setelah calon mahasiswa baru mendaftarkan data diri beserta link youtubenya di website universitas, akan langsung dikurator.
Sehingga, pihaknya sudah menyiapkan tim yang nantinya bakal melakukan proses seleksi. Lalu, dipertimbangkan lebih lanjut, layak tidaknya akun tersebut diterima sebagai mahasiswa.
“Tim internal kami akan mempertimbangkan soal kontennya. Tidak konten yang abal-abal. Jadi kontennya yang lebih edukatif dan berguna bagi masyarakat. Bukan provokasi,” ujar Erna.
Zaman sekarang, kian seru bersaing dalam hal apapun. Banyak inovasi dilakukan untuk bisa mengikuti perkembangan zaman. Sebelumnya, situs dewasa menyediakan beasiswa belajar juga.
Menariknya, bertambah tahun tak hanya nilai di atas kertas saja yang jadi modal untuk meraih apa yang diinginkan. Sebuah karya pun, kini bisa disertakan sebagai senjata. Untuk memperoleh apa yang dimaui.
Termasuk dalam dunia pendidikan. Mungkin hal ini bisa dicontoh universitas daerah lain. Sehingga bisa menjadi daya tarik tersendiri untuk memperoleh calon mahasiswa. Tentunya diikuti dengan pendidikan dan fasilitas yang sesuai juga.
Agar tak banyak putra daerah yang hilang. Dengan memutuskan keluar karena ajang nama dan gengsi belaka. Selamat bersaing buat calon mahasiswa yang menempuh jalur ini. Akhirnya 10.000 subscriber kamu tak hanya jadi pajangan dalam layar gorilla.