Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Peristiwa

Belajar Ikhlas melalui Hari Raya Kurban

Bakti Suryo by Bakti Suryo
August 11, 2019
in Peristiwa
Belajar Ikhlas melalui Hari Raya Kurban
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

Dalam hidup, ada saat kita harus men-treatmen sesuatu seperti kentut. Yang mana, saat kau melepasnya pun, biasa saja.

Hari ini, Minggu (11/8/2019) bertepatan dengan momen bersejarah. Hari di mana sebuah pengorbanan besar harus dipelajari. Kamu tidak harus meniru peristiwa tersebut. Esensi dari ikhlas itulah yang harus kamu pelajari. Salah satu caranya adalah dengan berkurban.

“NGKO LAK ENEK SENG GAWE STATUS “KURBAN PERASAAN”. DELOK AE,” tulis akun twitter @sssumukkk tepat pada perayaan Hari Raya Idul Adha (11/8/2019).

Istilah “korban perasaan” memang kerap muncul saat hari raya kurban. Entah di media sosial atau dialog sehari-hari. Istilah tersebut sering menjadi bumbu candaan dalam momen ini. Sehingga, saat ini candaan itu sudah sangat membosankan.

Namun, istilah “korban perasaan” bukanlah ucapan angin lalu belaka. Jauh dalam hati, pengucapan tersebut mengandung unsur curahan hati sang pengucap. Bagaimana tidak, mengorbankan perasaan merupakan tindakan yang ekstrem. Sangat mudah diucapkan, tetapi begitu sulit diterapkan.

Sejarah awal hari besar umat Islam ini begitu dramatis. Tentu sarat akan nilai ketuhanan pula. Dikisahkan, bapak para nabi, Ibrahim AS hendak menyembelih putranya, Ismail AS. Itu dia lakukan atas perintah Allah SWT.

Bagaimana mungkin seorang Ayah tega menyembelih anak sendiri? Tanpa rasa ikhlas yang tinggi, tidak akan ada yang mampu melakukannya. Butuh pencapaian spiritual dan kesadaran di atas manusia normal. Oleh karena itu, Ibrahim AS pun (mencoba) berani malakukannya.

Benar nyatanya. Karena rasa ikhlas yang mendalam, Allah kemudian menggantikan Ismail yang hendak disembelih menjadi domba. Dari situlah muncul kewajiban bagi umat Islam untuk berkurban. Tepatnya setiap tanggal 10 Dzulhijah dalam kalender Hijriyah.

Lalu, bagaimana dengan mengorbankan perasaan? Ini bukan sebuah candaan. Beberapa orang menganggap hal ini sebagai sesuatu yang serius. Untuk urusan perasaan, tak sedikit yang menderita. Karena itu, perasaan harus managed dengan baik. Kuncinya ada pada rasa ikhlas yang harus dipelajari.

Misalnya, kamu harus mengorbankan perasaanmu demi orang yang kamu cintai. Membiarkan dia bersama orang lain, itu termasuk berkorban. Bukan berkorban untuk menderita, tetapi untuk belajar ikhlas. Kamu harus mengikhlaskan dia mendapat kehabagiannya. Meski bukan bersamamu.

Kamu harus paham keadaannya. Jika kamu benar mencintainya, belajarlah ikhlas untuk melepasnya. Korbankan perasaan dan egomu agar dia bahagia. Jika kamu mau belajar untuk ikhlas, rasa berkorban itu akan hilang.

“Jika kamu merasa berkorban, saat itu cintamu mulai pudar.”

Kalimat dari Dalang Jancuk Sudjiwo Tedjo begitu adanya. Jangan hanya dipahami secara gamblang. Kalimat tersebut memiliki makna yang begitu mendalam. Melalui sisi spiritual, kalimat tersebut bisa dibaca cinta sebagai rasa ikhlas.

Kamu harus ingat, dalam hidup, ada saat kita men-treatmen sesuatu  seperti kentut. Yang mana, saat kau melepasnya pun, biasa saja. Jangan diingat-ingat. Karena, saat tak dilepas, bisa jadi, dia bikin mencret kehidupanmu.

Mereka yang membuatmu terluka (andai benar begitu adanya), jangan diberi kesempatan untuk terus membanggakan apa yang dia perbuat. Cukup perlakukan dia seperti kentut. Yang datang dan perginya pun, kadang tak begitu kau perhatikan.

Sebab, jika kau beri perhatian, kentut bisa membanggakan dirinya menjadi penyakit maq dan lambung. Karena itu, cukup perlakukan dia seperti kentut.

Cinta beda dengan kentut. Cinta tanpa embel-embel dampak buruk. Tidak ada yang namanya berkorban. Rasa berkorban tidak berada di dalam konteks cinta. Itu ada di dalam konteks matematika. Jika kamu merasa cinta, ikhlaskan segalanya. Hilangkan rasa berkorban.

Kamu harus ikhlas jika orang yang kamu cintai lebih memilih bersama orang lain. Kamu juga harus ikhlas menerima takdir. Misalnya ikhlas mendapatkan apa pun yang tidak sesuai keinginanmu. Siapa tahu itulah yang sebenarnya kamu butuhkan.

Memang tidak mudah dijalani, tetapi harus dihadapi. Itulah momen kamu harus belajar ikhlas. Dalam konteks yang jauh lebih tinggi, mencintai tuhan adalah menerima dengan ikhlas segala ketetapanNya.

Tags: BerkurbanIdul adha

BERITA MENARIK LAINNYA

Menghelat Diskusi Santai Perihal Perempuan
Peristiwa

Menghelat Diskusi Santai Perihal Perempuan

February 27, 2021
Maklumat Kelas Literasi Jurnaba
Headline

Maklumat Kelas Literasi Jurnaba

February 24, 2021
Kemdikbud bersama BEM PTNU Nasional Helat Sosialisai Kampus Mengajar
Peristiwa

Kemdikbud bersama BEM PTNU Nasional Helat Sosialisai Kampus Mengajar

February 20, 2021

REKOMENDASI

Sarapan penuh Kehangatan 

Sarapan penuh Kehangatan 

February 28, 2021
Menghelat Diskusi Santai Perihal Perempuan

Menghelat Diskusi Santai Perihal Perempuan

February 27, 2021
Datangnya Kilang Minyak dan Fatamorgana Masa Depan

Datangnya Kilang Minyak dan Fatamorgana Masa Depan

February 26, 2021
Saatnya Membantah Teori Sejarah The Great Man Theory

Saatnya Membantah Teori Sejarah The Great Man Theory

February 25, 2021
Maklumat Kelas Literasi Jurnaba

Maklumat Kelas Literasi Jurnaba

February 24, 2021
Propaganda Bahagia ala Sekolah Guratjaga

Propaganda Bahagia ala Sekolah Guratjaga

February 23, 2021

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved