Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Headline

Hakekat Nglenyer dari Sudut Pandang Etimologi dan Tasawuf

Branda Lokamaya by Branda Lokamaya
20/10/2021
in Headline
Hakekat Nglenyer dari Sudut Pandang Etimologi dan Tasawuf
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

Nglenyer menjadi slogan hari jadi Bojonegoro ke-344. Istilah Nglenyer memiliki makna yang menarik. Berikut analisis dari sudut pandang etimologi bahasa dan tasawuf.

Dalane wes nglenyer atau jalannya sudah bisa dilintasi secara lancar, merupakan frasa yang beberapa bulan terakhir diupayakan jadi identitas Bojonegoro. Penggunaan kata Nglenyer, tentu sangat menarik untuk dipahami.

Agar lebih akrab dengan istilah Nglenyer, mari kita analisis kata ini melalui sudut pandang etimologi dan terminologi bahasa. Sehingga kita bisa memahami betapa hebatnya kata tersebut dalam penggunaannya.

Nglenyer secara etimologi dan terminologi

Sebagai istilah yang berkembang di daerah Bojonegoro, Nglenyer termasuk kata yang memiliki banyak kembaran. Misal; ndlunyur, tlenyer, dan ngginyer. Semua kata itu, memiliki muara makna yang sama. Yakni: berputar, berjalan, atau melakukan pergerakan.

Kata di atas juga sangat unik. Sebab, meski memiliki makna sama, tapi jika dipakai pada kalimat berbeda, maknanya juga mengalami perbedaan. Mari kita lihat contoh di bawah ini.

Bocah kok “ndlunyur” ae gak jelas. (Orang kok wira-wiri tidak punya tujuan jelas).

Kuning-kuning podo kating “tlenyer” ning kali (banyak kotoran yang bergerak-gerak di sungai).

Roda ekonomi wes iso “ngginyer” saiki (roda ekonomi sudah bisa berputar sekarang).

Nah, sekarang coba gantikan tiga kata bertanda petik tersebut dengan kata “Nglenyer”, pasti maknanya tetap sama dan tak berubah. Ini bukti betapa kata tersebut memang unik. Sekaligus bukti bahwa segala sesuatu bisa dikemas sesuai kegunaan.

Kata Nglenyer, secara umum memiliki makna berputar, bergerak, atau sesuatu yang mengalami sebuah pergerakan. Kalimat dalane wes nglenyer, punya makna: jalannya sudah lancar dan sudah enak, sehingga mobil dan motor bisa bergerak dengan lancar.

Istilah Nglenyer, secara umum, memiliki arti yang cukup bagus: yakni, bisa bergerak secara lancar dan tanpa ada gangguan. Ini artinya, dari sudut pandang etimologi dan terminologi, kata Nglenyer memiliki unsur optimisme. Kata Nglenyer juga memiliki spirit untuk bergerak. Berdinamika. Bermuatan energik. Dan memiliki kemampuan untuk melakukan produktivitas yang terus-menerus.

Nglenyer secara tasawuf

Nah, sekarang, mari kita analisis kata Nglenyer secara tasawuf. Seperti yang sudah kita ketahui di atas, Nglenyer berarti bergerak secara lancar, tanpa ada gangguan. Namun, di saat yang sama, Nglenyer juga jadi wasilah untuk kejelungup (terperosok).

Nek Nglenyer ati-ati, awas ngko kejelungup. (Kalau sudah nglenyer harus tetap hati-hati, awas nanti terperosok).

Kalimat di atas tentu sering kita dengar sebagai nasehat orang-orang tua di desa untuk anak-anak mereka. Agar berhati-hati saat berkendara. Terutama sebuah desa yang sebelumnya jalannya jelek, berubah menjadi halus.

Dari kalimat di atas, bisa kita ambil kesimpulan bahwa Nglenyer juga bisa jadi jalan tol untuk kejelungup, jika tidak hati-hati. Sebab, Nglenyer biasanya kerap membuat pengendara lupa diri dan tak mengindahkan aturan dan rambu-rambu kehidupan.

Dalam konsep tasawuf yang lebih serius, Nglenyer adalah Istidraj (pengelulu) dari Allah untuk menguji hambanya yang sedang lalai, untuk lebih tenggelam dalam kelalaian. Tentu ini sangat berbahaya, karena itu butuh kewaspadaan.

Ini penting agar kita tetap mewaspadai kelancaran. Atau mewaspadai kenglenyeran. Sebab, jika tidak, dikhawatirkan kenglenyeran ini sekadar Istidraj yang kelak menjlungupkan (memerosokkan).

Dalam Ensiklopedia Tasawuf Imam Ghazali, istidraj berarti pembiaran. Yaitu pembiaran karena tidak mau berhenti melakukan hal-hal yang memalukan. Istidraj merupakan peringatan keras (secara halus) dari Allah SWT untuk hambanya agar  segera mawas diri.

Nah, di hari ulang tahun Bojonegoro ini. Mari kita berdoa agar yang bertambah tidak hanya usianya. Tapi juga kedewasaannya. Sebab, jika sudah tua tapi masih kekanak-kanakan, dikhawatirkan Nglenyer ini sekadar Istidraj menuju kejelungup.

Semoga di usia ke-344 ini, Bojonegoro kian dewasa. Kian mampu memanusiakan manusia. Sehingga Nglenyer bukan menjadi istidraj, tapi benar-benar menjadi Wa ammaa bini’mati robbika fahaddits yang harus disyukuri bersama.

Tags: Bojonegoro NglenyerDalane NglenyerHJb 344Nglenyer

BERITA MENARIK LAINNYA

Politik Hukum Kebangkitan Nasional
Headline

Politik Hukum Kebangkitan Nasional

21/05/2022
Kisah Para Penggerak Dunia Pendidikan dari Bumi Wali
Headline

Kisah Para Penggerak Dunia Pendidikan dari Bumi Wali

19/05/2022
Hiperrealitas Norma dalam Film KKN Desa Penari
Headline

Hiperrealitas Norma dalam Film KKN Desa Penari

17/05/2022

REKOMENDASI

Politik Hukum Kebangkitan Nasional

Politik Hukum Kebangkitan Nasional

21/05/2022
Semangat Al-Birru: Pelajaran Kesepuluh dari Kiai Ahmad Dahlan

Semangat Al-Birru: Pelajaran Kesepuluh dari Kiai Ahmad Dahlan

20/05/2022
Kisah Para Penggerak Dunia Pendidikan dari Bumi Wali

Kisah Para Penggerak Dunia Pendidikan dari Bumi Wali

19/05/2022
Milad Aisyiyah dan Semangat al-‘Ashr

Milad Aisyiyah dan Semangat al-‘Ashr

18/05/2022
Hiperrealitas Norma dalam Film KKN Desa Penari

Hiperrealitas Norma dalam Film KKN Desa Penari

17/05/2022
Stop! Perempuan Bukan Objek Kekerasan

Stop! Perempuan Bukan Objek Kekerasan

16/05/2022

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved