Harbolnas merupakan suatu kampanye untuk mengenalkan budaya belanja online. Hari Belanja Online Nasional atau Harbolnas mulai dirayakan pada tahun 2012. Tepatnya adalah tanggal 12 bulan 12 tahun 2012.
Sungguh tanggal yang kebetulan sangat ciamik, Nabs. Siapa yang mengawali kampanye ini, Nabs? Tidak lain dan tidak bukan adalah Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA).
Belanja online merupakan suatu tren yang mengikuti perkembangan laju digital Indonesia. Dulu, belanja harus mempertemukan pembeli dan penjual secara langsung.
Saat ini, internet menyediakan jalan pintas untuk berbelanja. Tinggal glimbungan di rumah, pilih-pilih barang, transfer, datang deh.
Hingar bingar Harbolnas sendiri juga sampai ke Bojonegoro. Contohnya seperti yang dilakukan oleh Alfin. Pemuda berusia 21 tahun asal Bojonegoro tersebut tak ingin ketinggalan dalam memeriahkan Hari Belanja Online Nasional.
“Saya beli beberapa barang di Harbolnas. Cari yang diskonnya benar-benar nyata,” ujar Alfin saat dihubungi oleh Jurnaba.
Alfin adalah satu dari sekian banyak orang yang memanfaatkan Harbolnas. Kemudahan berbelanja dan ditunjang dengan harga yang terjangkau membuat belanja online semakin digemari.
Meskipun mudah, banyak masyarakat yang belum percaya terhadap sistem ini. Hal inilah yang mendorong Kampanye Hari Belanja Online Nasional untuk mengedukasi masyarakat tentang belanja online yang aman dan nyaman.
Tujuannya adalah untuk memajukan industri e-commerce di Indonesia. Pengguna internet di Indonesia telah mencapai jumlah 123 juta pengguna pada tahun 2018. Jumlah ini menempatkan Indonesia pada peringkat 6 pengguna internet terbanyak sedunia.
Angka tersebut merupakan pangsa pasar yang besar. Hal ini juga menawarkan media perputaran uang yang tidak kecil. Nah, peluang inilah yang ingin dioptimalkan oleh industri dalam ranah banja online.
IdEA merupakan asosiasi pelaku e-commerce yang merintis kampanye Harbolnas. Dalam hal ini kampanye dan kolaborasi antar e-commerce akan meningkatkan hasil penjualan bersama.
idEA ingin memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Rencana jangka panjangnya adalah menjadikan Indonesia sebagai ekonomi berbasis digital terbesar di Asia Tenggara.
E-commerce di Indonesia sendiri masih terbilang sedikit, dan berfokus pada platform tertentu. Dalam hal ini, idEA pun akan fokus pada pengembangan sumber daya manusia dalam industri e-commerce.
Pada perkembangannya, kampanye ini tidak hanya berkolaborasi dengan e-commerce. Beberapa bank, jasa ekspedisi, serta sosial media Facebook juga mendukung gerakan ini. Bank yang mendukung diantaranya adalah bank Mandiri serta CIMB Niaga.
Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan promosi dan pelayanan di Harbolnas. Peluang ini juga didukung oleh pihak pemerintah.
Diantaranya adalah Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Komunikasi dan Informasi.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pergeseran moda ekonomi juga harus difasilitasi oleh pemerintah Indonesia. Selain itu, pemerintah dalam hal ini dapat menjadi wasit. Ibarat sepak bola, ekonomi di dunia digital adalah bola yang ditendang dengan kuat.
Apakah bola itu akan tepat sasaran, menuju gawang yang tepat, atau justru offside ke tujuan yang salah. Dengan kata lain, dibutuhkan sistem pengawasan yang baik, tentunya untuk perlindungan konsumen.
Nah, Nabs… belanja sendiri sudah menjadi suatu hobi yang memberikan kesenangan tersendiri. Banja-banja saat ini bisa dikatakan sebagai manifestasi dari kemampuan kita mengonsumsi. Ibarat rantai makanan, semakin mampu kita mengonsumsi, makin tinggi level kita dalam rantai makanan.
Hmm, itu adalah perumpamaan yang ekstrim sih, Nabs. Sebagai konsumen, kita juga harus menjaga kewarasan dan kontrol diri. Momentum Harbolnas bisa kita jadikan sebagai alternatif untuk banja-banja yang lebih murah.
Karena banyak diskon pertebaran dimana-mana. Tapi, tangan sampai masuk ke dalam jurang kemiskinan di awal bulan hanya karena kalap banja-banja, yha… Hehe…