Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas bumi (SKK Migas) bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) ExxonMobil Cepu Ltd terus menjaga kinerja produksi.
Nabs, untuk diketahui, hingga Juni 2023 ini, blok Banyu Urip menjadi salah satu kontributor terbesar produksi minyak secara nasional. Produksi minyak KKKS ExxonMobil Cepu Ltd saat ini sekitar 164 ribu barel minyak per hari (BOPD) atau sebesar 114% dari target APBN 2023.
Untuk menjaga produksi lapangan Banyu Urip tetap optimal, ExxonMobil Cepu Ltd melakukan tandatangan kontrak pengadaan Rig pengeboran Banyu Urip Infill Clastic dengan PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI) di kantor SKK Migas hari ini (10/8).
Penandatanganan dilakukan Muhammad Nurdin, Senior Vice President Production ExxonMobil Indonesia dan Rio Dasmanto Direktur Utama PDSI disaksikan Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, Deputi Dukungan Bisnis Rudi Satwiko, Deputi Eksploitasi Wahju Wibowo, Presiden ExxonMobil Indonesia Carole Gall dan jajaran terkait.
“Penandatanganan kontrak pengadaan rig untuk pengeboran Banyu Urip Infill Clastic yang kita saksikan hari ini adalah representasi dari kesuksesan kolaborasi antara EMCL, PHE dan PDSI untuk mempercepat pendapatan rig sehingga jadwal pemboran dapat dimajukan dari yang semula Septermber 2024 menjadi Februari 2024″. Kata Dwi Soetjipto dalam arahannya di acara tersebut (10/8).
Pemboran yang akan dilaksanakan ini, menurut dia, merupakan eksekusi dari proyek yang mendapat insentif dari Pemerintah dan di estimasikan akan memproduksikan cadangan lebih dari 42 juta barel serta membuktikan cadangan reservoir clastics.
Ia menyampaikan apresiasi tinggi kepada Kontraktor Kontrak Kerja Sama Wilayah Kerja Cepu, terutama operator ExxonMobil Cepu Limited yang telah bekerja keras sehingga kesepakatan hari ini dapat ditandatangani.
Dwi mengharapkan agar performa kerja yang baik dapat terus dilanjutkan saat eksekusi pengeboran Banyu Urip Infill Clastic direalisasikan karena merupakan pekerjaan yang sangat strategis sebagai salah satu program kerja untuk menahan decline rate produksi di Banyu Urip.
“Kita ketahui bersama bahwa Lapangan Banyu Urip merupakan salah satu kontributor terbesar produksi minyak nasional saat ini. Untuk itu, eksekusi program pengeboran ini diharapkan dapat dilakukan secara tepat waktu dan efisien, karena dinamika dari Banyu Urip sangat mempengaruhi produksi nasional”, ujar Dwi.
Lebih lanjut, Dwi meminta agar tidak ada delay dari kegiatan ini, sehingga tidak ada bottleneck dalam implementasi pengeboran Banyu Urip Infill Clastic. Fungsi-fungsi terkait dari SKK Migas akan siap membantu mengatasi kendala yang ada. Koordinasi yang sudah terjalin tetap dijaga dalam pelaksanaan proyek.
“Keberhasilan pengeboran Banyu Urip Infill Clastic tidak akan terlepas dari peran dan kontribusi PDSI. Kami menyambut baik keterlibatan PDSI yang merupakan perusahaan nasional dan mengharapkan PDSI melakukan investasi terus dalam pengadaan rig untuk mendukung penyelesaian proyek pemboran yang lain karena hulu migas memiliki program pemboran yang masif untuk mendukung tercapainya target nasional yaitu produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) gas di tahun 2030”, imbuh Dwi.
Pada kesempatan yang sama Presiden ExxonMobil Indonesia Carole Gall menyampaikan harapannya dapat melanjutkan kesuksesan kampanye pengeboran Banyu Urip Infill Clastics dan berkontribusi lebih aktif untuk mendukung target produksi nasional, dengan aman, tepat waktu dan efisien.