Proses untuk membangun tim yang kuat dan solid memang tak sebentar. Apa yang dilakukan oleh Klopp di Liverpool mungkin hampir sama dengan yang dilakukan oleh General Manajer klub NBA, Philadelphia 76ers, Sam Hinkie yang identik dengan filosofi trust the process.
Kesuksesan Liverpool tak bisa dilepaskan dari sosok pelatih asal Jerman, Jurgen Klopp. Sosok jenius tersebut jadi pelatih pertama yang mampu mempersembahkan Premier League kepada Liverpool.
Jalan Juergen Klopp tentu tak mudah. Dia pertama kali datang ke Anfield pada awal musim 2015/2016. Di musim perdananya, Liverpool di bawah asuhan Klopp jauh dari kata impresif. Mereka hanya mampu menduduki peringkat ke-8 klasemen akhir. Ketika itu, juaranya adalah Leicester City.
Kegagalan di musim perdana tak membuat Klopp patah arang. Baginya, untuk membuat tim yang kuat dibutuhkan proses yang cukup panjang.
Di dua musim selanjutnya, Liverpool mengalami peningkatan peforma. Di musim 2016/2017 dan 2017/2018, Liverpool menempati peringkat keempat.
Pada musim 2017/2018, Liverpool juga sukses menembus final Liga Champions Eropa. Sayangnya, di partai final, Liverpool harus tunduk dari Real Madrid.
Pelan tapi pasti, Juergen Klopp mampu membangun tim yang kuat dan solid. Dengan gaya bermain yang ikonik, Liverpool di bawah kendali Jurgen Klopp kembali diperhitungkan.
Musim 2018/2019 jadi titik balik keperkasaan Liverpool. Mereka makin dekat dalam perburuan gelar juara Premier League. The Reds bahkan sempat memimpin klasemen dalam waktu yang cukup lama.
Sayangnya, Liverpool kembali terpeleset di saat-saat terakhir. Trofi juara yang sudah ada di depan mata pun hilang seketika. Mereka hanya kalah 1 poin saja dari Manchester City yang jadi juara.
Namun, kegagalan Liverpool di Premier League ditebus lewat peforma ciamik di Liga Champions. Mereka kembali menapaki babak final Liga Champions.
Kali ini, Liverpool dan Juergen Klopp tak menyia-nyiakan kesempatan. Mereka berhasil mengalahkan Tottenham Hotspurs di final. Trofi Liga Champions Eropa pun berhasil diangkat lagi oleh Liverpool.
Keberhasilan Liverpool di Liga Champions jadi penanda bahwa untuk mencapai kesuksesan dibutuhkan proses yang tak sebentar. Namun, masih ada satu misi yang musti diselesaikan oleh Klopp dan Liverpool untuk menyempurnakan proses panjang yang telah dijalani. Yakni jadi juara Premier League.
Pada musim 2019/2020 ini, Liverpool langsung tancap gas. Berbekal pemain-pemain yang makin padu, The Reds kembali memimpin klasemen dalam jangka waktu yang lama.
Kali ini, Jurgen Klopp memastikan jika tidak ada kesalahan yang terjadi. Sepanjang musim, mereka mampu menjaga jarak dengan pesaing terdekatnya, Manchester City.
Asa untuk jadi juara tercancam pupus ketika liga dihentikan pada Maret 2020 karena pandemi corona. Banyak rumor yang menyebut jika Premier League akan dihentikan dan juara ditiadakan. Padahal, saat itu Liverpool hanya butuh 6 poin lagi untuk jadi juara.
Untungnya, Premier League kembali digulirkan pada Juni 2020. Liverpool pun sukses memastikan gelar pada 23 Juni, setelah pesaing terdekatnya, Mancheter City kalah saat melawan Chelsea.
Poin Liverpool dipastikan tak terkejar lagi oleh City. The Reds pun resmi jadi juara Premier League Inggris musim 2019/2020. Penantian dan puasa gelar liga domestik selama 30 tahun akhirnya berakhir pada 2020.
Filosofi Trust The Process
Pada awal kedatangannya, Klopp tak berani berjanji untuk langsung memberikan gelar kepada Liverpool. Butuh proses yang tak sebentar. Saat itu, Klopp mengatakan jika dibutuhkan waktu paling lama empat tahun untuk membawa Liverpool memenangkan trofi.
Ucapan Klopp terbukti ketika tepat di empat tahun kepemimpinannya, Liverpool sukses jadi juara Liga Champions Eropa. Namun, para pendukung The Reds masih menunggu apakah Klopp bisa membawa Liverpool jadi yang terbaik di Premier League.
Semua pertanyaan dan keraguan akhirnya terjawab pada bulan Juni 2020. Liverpool jadi juara Premier League di tahun kelima kepemimpinan Jurgen Klopp.
Proses untuk membangun tim yang kuat dan solid memang tak sebentar. Apa yang dilakukan oleh Klopp di Liverpool mungkin hampir sama dengan yang dilakukan oleh General Manajer klub NBA, Philadelphia 76ers, Sam Hinkie.
Sam Hinkie yang berstatus sebagai General Manajer terkenal dengan jargon “trust the process”. Jargon atau filosofi tersebut digaungkan Sam Hinkie untuk membangun kembali Philadelphia 76ers.
Antara kurun waktu 2013-2016, Sam Hinkie melakukan perombakan besar-besaran di 76ers. Mereka membuang para pemain veteran berpengalaman dan melakukan tanking agar mendapatkan pemain-pemain muda berkualitas pada NBA Draft.
Apa yang dilakukan oleh Sam Hinkie ini sempat mendapat kecaman. Itu karena 76ers jadi tim terburuk di NBA antara 2013 hingga 2016.
Namun lewat filosofi tersebut, Philadelphia 76ers mampu mendapatkan bintang-bintang baru yang kemudian jadi tulang punggung tim. Sebut saja duo Joel Embiid dan Ben Simmons yang jadi langganan All Stars.
Philadelphia pun sukses membalikkan keadaaan. Dari tim terburuk di NBA, jadi salah satu pesaing dalam perebutan gelar juara NBA. Sayangnya, di saat 76ers sudah membaik, Sam Hinkie justru didepak. Dia tak sempat merasakan kerja kerasnya selama berada di 76ers.
Nasib berbeda tentu didapatkan oleh Jurgen Klopp. Sejak pertama kali datang dan memperbaiki Liverpool, Klopp merasakan pahit hingga manisnya. Berbeda dengan Sam Hinkie.
Secara spesifik, Klopp memang tak menerapkan atau menyebutkan filosofi tust the process. Namun jika melihat apa yang berhasil dicapainya saat ini, filosofi yang identik dengan Philadelphia 76ers dan Sam Hinkie tersebut nampaknya cocok disematkan kepada Jurgen Klopp.
Usaha keras memang takkan mengkhianati. Selamat, Liverpool!