Memanfaatkan waktu luang dan liburan bisa dengan banyak hal. Contohnya, kelompok pemancing ikan rawa di Bojonegoro. Mereka pergi memancing dari satu rawa ke rawa lainnya.
Terik matahari sangat terasa di sebuah lapangan terbuka di Desa Ngrowo, Kecamatan Kota Bojonegoro, pada Kamis (2/1/2019). Di lapangan terbuka yang ada rawanya tersebut, terlihat beberapa pemuda yang sedang asyik memancing.
Mereka, dengan penuh ketenangan dan kesabaran, menunggu ikan menyambar umpan yang sudah disematkan di mata kail. Suasana yang awalnya hening kemudian pecah ketika salah satu pemuda berteriak dengan keras.
“Dapat gede, Lele gede, bantuin, bantuin” teriak salah seorang pemuda tersebut.
Beberapa saat setelahnya, pemuda tersebut langsung terjun ke rawa-rawa yang penuh dengan kangkung dan eceng gondok. Bak Gianluigi Buffon, pemuda tersebut dengan sigap menangkap ikan lele yang berukuran besar tersebut.
Pakaian basah dan kotor tak dipedulikannya. Darah yang mengucur di tangan akibat mata kail tak jadi soal. Buatnya, hal paling penting adalah mengamankan ikan lele berukuran besar tersebut supaya tak lepas.
Strike! Ikan lele berbobot hampir 2 kilogram berhasil diamankan oleh pemuda yang bernama Muhammad Nuril tersebut.

Setelah mengamankan Lele besar dan kemudian mengabadikannya lewat jepretan kamera handphone, Nuril pun beristirahat di dekat pohon pisang yang ada di rawa tersebut. Sambil membersihkan badannya yang basah, pemuda yang masih duduk di bangku SMK ini bercerita kepada tim Jurnaba.co
Nuril merupakan salah satu pemancing rawa yang sedang menghabiskan waktu libur tahun baru. Alih-alih pergi ke tempat wisata, Nuril bersama dengan tiga temannya yang lain lebih memilih pergi memancing. Lebih spesifiknya lagi, memancing di rawa-rawa.
Kepada tim Jurnaba.co, Nuril mengatakan bahwa kegiatan memancing di rawa rutin dilakukan ketika teman-temannya pulang kampung ke Bojonegoro. Biasanya ketika libur tahun baru, libur kuliah atau cuti bersama lebaran.
“Teman-teman kebanyakan kerja atau kuliah di luar Bojonegoro. Kalau ada momen libur seperti ini pasti langsung kumpul dan mancing bareng,” ujar Nuril.
Selain Nuril, dedengkot kelompok pemancing ikan rawa di Bojonegoro ini adalah Riki Arya. Pemuda yang berkuliah di Universitas Airlangga ini memang hobi memancing. Ia memiliki peralatan yang cukup lengkap. Dari pancingan, joran, mata kail, hingga umpan buatan.
Menurut Rikki Arya, kelompok ini lebih memilih rawa sebagai tempat memancing karena dianggap lebih menantang. Medan yang sulit dan tarikan ikan air tawar ganas jadi sesuatu yang spesial bagi mereka.
“Kalau di Bendungan Gerak, Bengawan, atau Waduk Pacal itu kurang menantang. Kalau di rawa kan kita blusukan nyari spot yang kadang tak diketahui orang,” ujar Rikki.
Uniknya Memancing Ikan di Rawa
Perjalanan kelompok pemancing ikan rawa ini tak selalu mulus. Terkadang, mereka tak mendapatkan satu ikan pun. Namun karena sudah terbiasa, hal seperti itu tak jadi soal.
Ketika ditemui tim Jurnaba.co, kelompok pemancing rawa ini kebetulan mendapatkan cukup banyak tangkapan. Selain Lele berukuran besar yang diceritakan tadi, mereka juga berhasil menaikkan Bader dan Betik. Jika ditotal, ada belasan ekor ikan yang didapatkan siang itu.
Biasanya, ikan yang didapatkan langsung dimasak bersama. Entah dibakar kemudian dimakan bersama sambal kecap. Atau dimasak rica-rica sambil disantap dengan nasi hangat.

Memancing di rawa atau perairan terbuka memang membutuhkan ketelatenan tinggi. Menurut Rikki Arya, insting memilih spot memancing adalah hal yang paling penting.
“Memang cukup sulit untuk mencari rawa yang banyak ikannya dan belum banyak didatangi orang. Biasanya saya dan teman-teman cari terus sampai menemukan spot yang cocok,” ujar Rikki.
Di Bojonegoro, jumlah rawa memang tak begitu banyak. Namun hal itu justru jadi pelecut untuk terus mencari spot-spot baru yang belum terjamah orang.
Pemilihan umpan juga tak kalah penting. Semuanya disesuaikan dengan jenis ikan rawa yang hendak dipancing. Lele biasanya lebih suka dengan cacing. Kalau Bader dan Dendeng doyan dengan lumut. Kadang Nuril dan Rikki juga menggunakan ulat dan jangkrik sebagai umpan.
Ketika ditanya apakah akan mengembangkan kelompok ini jadi sebuah komunitas, Rikki spontan tertawa. Ia merasa tak perlu menjadikan kelompok kecil ini jadi komunitas. Selain karena jumlah orangnya sedikit, Rikki juga tak ingin terkekang dengan sistem komunitas yang terkadang kaku.
“Kita ini orangnya selow semua jadi rasanya nggak perlu bikin komunitas. Toh di Bojonegoro juga sudah ada komunitas mancing mania,” jelas pemuda yang gemar mengenakan topi tersebut.
Siapa sangka, memancing ikan di rawa bisa jadi liburan yang menyenangkan bagi beberapa pemuda. Selain berburu ikan, memancing di rawa juga jadi proses kultural untuk melatih dan meningkatkan sifat sabar dalam diri.