Alumni Global Women In Management (GWIM) mengadakan kegiatan Pelatihan Ikatan Wanita Indonesia Memimpin (IWIM). Pelatihan IWIM dimulai pada hari Jum’at (26/4/2019) di Aula Hotel Griya Dharma Kusuma. Kegiatan ini akan berlangsung selama 3 hari hingga Minggu (28/4/2019).
Pelatihan IWIM diikuti oleh 23 peserta yang berasal dari Bojonegoro dan Tuban. Seluruh peserta tersebut merupakan seorang perempuan yang aktif dalam berbagai organisasi. Misalnya PKK, yayasan dan organisasi publik lain. Tentu saja mereka adalah perempuan yang memiliki pengaruh dalam kebijakan publik. Baik pada tingkat desa, kecamatan maupun kabupaten. Jadi, pelatihan ini diikuti oleh peserta perempuan yang terpilih.
Alumni GWIM merupakan para praktisi dari lintas bidang yang cukup berkompeten di bidangnya. Mereka memiliki pengetahuan terkait dengan kepemimpinan perempuan, gender, advokasi, project management dan pengembangan business plan. Pengetahuan tersebut mereka dapatkan dari Plan Internasional yang bekerjasama dengan ExxonMobil Foundation.
Menurut Ketua IWIM, Thilma Komaling, kesadaran tentang perempuan memimpin perlu ditingkatkan lagi di Bojonegoro. Alasannya, Negeri Khayangan Api ini memiliki potensi lain yang sangat bisa diangkat. Bukan hanya sumber minyak dan gas bumi (migas) yang menyumbang 24 persen energi nasional.
“Kita melihat dan kenapa EMCL selalu menjadi mitra utama kami, karena 24 persen energi nasional berasal dari daerah ini,” kata dia.
Untuk itu, dia yakin sekali bahwa sumber daya manusia dari Tanah Kerajaan Pajang ini juga memiliki potensi besar. Satu diantaranya merupakan aset para pemimpin perempuan. Itu bisa dilihat dari Bupati Bojonegoro yang seorang perempuan. Gubernur Jawa Timur juga seorang perempuan.
“Saya optimis bahwa dari sini kita akan melahirkan banyak sekali pemimpin nasional dari kaum perempuan,” kata Thilma.
Kepala Dinas Permberdayaan Perempuan, Adie Witjaksono juga hadir dalam pelatihan tersebut. Dia menyapaikan materi terkait isu dan fokus permasalahan kesetaraan gender di tingkat lokal Bojonegoro. Selain itu, dia juga memaparkan adanya program khusus dari Dinas Pemberdayaan Perempuan terkait kesetaraan dan keadilan gender.
Program Pengarusutamaan Gender (PUG) merupakan strategi pembangunan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender. Itu karena, pembangunan masih belum dirasakan secara merata (seimbang).
Mengambil contoh Bupati Bojonegoro, Anna Muawanah dan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawangsa, dia mengatakan bahwa peserta harus bisa menyusul mereka. Namun bukan pada tingkat yang sama, melainkan pemimpin-pemimpin lain yang berguna bagi keluarga, bangsa dan negara.
“Perempuan juga bisa memimpin, namun tidak boleh melupakan keluarga. Ini merupakan bagian dari kesetaraan dan keadilan gender,” kata Adie Witjaksono ketika menyampaikan materi.
Peserta dari PC Muslimat NU Bojonegoro, Imroatul Azizah, mengatakan bahwa pelatihan ini penting dan sangat bermanfaat. Sebagai pemimpin dalam sebuah organisasi, perempuan perlu belajar manajerial. Ini terkait tugas perempuan di ranah keluarga dan organisasi publik.
“Ini cukup penting bagi saya mendapatkan pelatihan. Namun, untuk kesetaraan dan keadilan gender, laki-laki juga harus diberikan pelatihan agar dapat memahami juga,” kata Azizah dalam sesi tanya jawab.
Melalui pelatihan IWIM, Thilma Komaling menilai bahwa ini merupakan langkah pasti bagi Bojonegoro. Bumi Angling Dharma nantinya akan mengembangkan sayap lebih lebar lagi. Tentu dengan pengelolaan potensi yang ada serta kemampuan untuk bersaing.
Untuk mewujudkan harapan tersebut, terdapat 3 hal penting yang perlu diperhatikan. Yang pertama, perempuan pemimpin tidak perlu berpikir secara global. Kedua, pahami potensi lokal yang ada. Karena, pendapatan nasional bersumber dari potensi tempat tinggal masyarakat di daerah. Ketiga, selalu men-challenge diri.
“Itu menurut saya 3 hal yang selalu kami coba dalam modul-modul pelatihan kami,” pungkas Thilma Komaling.
Alumni GWIM, berharap pelatihan ini mampu membuat para pemimpin perempuan sadar tentang pentingnya kesetaraan dan keadilan gender. Selain itu, meningkat pula jumlah perempuan yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan. Baik pada tingkat desa hingga kabupaten.