Milad Aisyiyah dan kesadaran tentang pentingnya iman, ilmu, dan sabar.
Kiai Dahlan sangat memperhatikan nasib kaum wanita. Betul-betul memperhatikan. Tentu perhatian beliau merupakan pengamalan dari pemahaman keagamaaan yang beliau pelajari. Wujud nyatanya adalah adalah Pengajian Wal-Ahsri yang Kiai Dahlan peruntukkan bagi kaum wanita.
Maksud Kiai Dahlan jelas. Kaum wanita harus pandai, terdidik, dan menjadi penyokong kemajuan Islam. Tidak boleh tidak. Pertama-tama, wanita haruslah terdidik.
Pendidikan bagi kaum wanita adalah soko guru yang tidak boleh dipandang sepele, sebelah mata, dan sekadarnya saja. Pengajian Wal-Ashri khusus bagi kaum wanita. Tidak main-main.
Lantas mengapa beliau menamai kelompok pengajiannya dengan Wal-Ashri? Tidak lain adalah ulaya beliau membumikan nilai-nilai yang terkandung dalam surat al-‘Ashr. Bagi Kiai Dahlan, surat al-‘Ashr, memiliki tiga ajaran utama yaitu iman, dan tawaashau bilhaq, dan tawaashau bishhobr.
Imam bagi Kiai Dahlan adalah melepaskan jiwa dari tarikan nafsu dan kebendaan untuk menuju ke hanya Allah semata. Dan, seseorang dikatakan beriman setelah melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan nyata.
Iman adalah praktik, iman adalah perbuatan menuju ke Allah Swt semata. Wujud praktik utama keimanan seseorang adalah rela sepenuh hati berkorban harta benda dan jiwa demi agama Islam.
Bagi Kiai Dahlan seseorang yang mengetahui cara dan teknik mencuri belumlah dikatakan pencuri selama bel melakukan pencurian. Seseorang yang telah menguasai cara memasak, belumlah dikatakan bisa memeasak sebelum praktik memasak.
Begitu lula seseorang yang telah mengetahui ilmu dan ajaran tentang iman belumlah beriman selama belum mempraktikkan dalam perbuatan.
Lantas bagaimana memiliki iman yang baik? Dasar iman adalah ilmu. Maka, untuk memiliki pemahaman iman yang baik, haruslah berilmu. Tawaashau bilhaq. Saling berwasiat, bernasihat, belajar, dan memgungatkan perihal keimanan.
Memiliki iman yang baik mensyaratkan seseorang untuk rajin dan tekun mencari ilmu. Seseorang dapat beriman dengan baik, haruslah memiliki gairah untuk menuntut ilmu.
Menuntut ilmu tidaklah mudah. Jalan ilmu pengetahuan itu sunyi, tidak penuh gemerlap, tidaklah riuh-rendah puja-puji. Maka mencari pengetahuan membutuhkan kekuatan mental, fisik, dan material. Ketiga-tiganya bersiap-siap untuk terkuras. Sudah begitu, menuntut ilmu dan menjadi berilmu itu susah, lebih susah lagi adalah melaksanakan ilmu tersebut.
Oleh sebab itu, Kiai Dahlan menekankan pesan ketiga yaitu tawaashau bishhobr. Menasihati dalam kesabaran. Menuntut ilmu berat, maka harus sabar. Melaksanakan ilmu lebih berat lagi, maka perlu sabar yang lebih-lebih.
Tanpa kesabaran berlipat, seseorang akan mudah gugur dalam barisan kebaikan. Tanpa kesabaran, seseorang tidak akan mampu mendapatkan manisnya buah keimanan yang berlandasakan ilmu pengetahuan.
Milad ‘Aisyiyah tentu, bagi saya, adalah upaya untuk meletakkan kesadaran kita, khususnya Kaum ‘Aisyiyah, betapa pentingnya iman, ilmu, dan sabar. Iman adalah akar, ilmu adalah batang-ranting-daun, dan sabar adalah buah.
Selamat milad, Aisyiyah!