Captain Marvel bukan sekadar film yang disiapkan untuk pengantar Avengers: End Game. Lebih dari itu, keberadaan film Captain Marvel merupakan bagian penting dalam linimasa Marvel Cinematic Universe (MCU). Seperti apa Nabs film Captain Marvel? Yuk simak ulasan tim Jurnaba.co
Karakter MCU yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga: Captain Marvel. Sosok yang dianggap sebagai yang terkuat di Marvel Cinematic Universe tersebut akan jadi pembuka jalan bagi film Avengers berikutnya yang berjudul End Game.
Diceritakan, pada tahun 1995, Carol Danvers (Brie Larson), mengalami kecelakaan hebat. Namun, takdir seperti mengubah kehidupannya. Entah dari mana, kemudian Carol Danvers kemudian mendapatkan kekuatan super yang kemudian membentuknya jadi Captain Marvel.
Kekuatan besar membuat takdirnya tidak lagi hanya menjadi manusia biasa. Takdir juga yang mempertemukan Carol dengan Nick Fury. Namun, tidak semua hal harus berjalan mudah. Bersama Nick Fury, Carol Danvers alias Captain Marvel harus berjuang untuk menyelamatkan bumi.
Tidak seperti film MCU lainnya, Captain Marvel hadir dengan konsep yang sedikit berbeda. Contohnya adalah alur awal yang cenderung lambat. Alur lambat tersebut membuat 15 menit pertama dari film Captain Marvel jadi membosankan.
Tapi jangan khawatir Nabs, setelah alur lambat yang membosankan tersebut, kamu akan langsung disuguhkan dengan cerita yang seru. Apalagi ditambah dengan visual effect yang memanjakan mata.
Karena menggunakan beberapa adegan flashback, pastikan kamu tonton filmnya dengan seksama. Jika ketinggalan sedikit saja, alur dan plot cerita akan sulit untuk dimengerti. Apalagi banyak plot twist yang disuguhkan sepanjang film berlangsung.
Sosok Captain Marvel yang diperankan oleh Brie Larsson sendiri benar-benar menunjukkan jati diri sebagai karakter terkuat di Marvel Cinematic Universe. Captain Marvel yang memiliki nama asli Carol Denvers ini tampil dengan sangat memukau.
Nuansa konyol dan jenaka khas Marvel Cinematic Universe juga tetap terasa di film ini. Minusnya, pembawaan Captain Marvel yang cenderung serius membuat nuansa jenaka jadi berkurang atau terlihat nanggung.
Di film ini pencinta komik Marvel juga akan mendapatkan gambaran mengenai histori dari Nick Furry yang notabene adalah pencetus gerakan Avengers. Kita juga bakal mendapatkan informasi yang jelas mengenai siapa sosok yang membuat mata kiri Nick Furry terluka.
Kamu juga bakal dapat gambaran mengenai awal mula penamaan Avengers yang diprakarsai oleh Nick Furry. Seperti film-film MCU lainnya, banyak easter egg atau pesan tersembunyi sepanjang berjalannya film.
Captain Marvell sebagai Representasi Superhero Perempuan
Brie Larson dalam wujud Carol Danvers, Vers, atau Captain Marvel bisa dikatakan sebagai distingsi. Terutama dalam konteks representasi perempuan di layar lebar. Apalagi statusnya sebagai superhero perempuan pertama dari Marvel yang punya film sendiri.
Selama menonton film berdurasi 2 jam 5 menit ini, terdapat 3 hal yang dapat dianalisis dalam kacamata feminisme, Nabs.
Pertama adalah unsur visual yang bebas dari exposure dan objektifikasi tubuh perempuan. Hal ini bisa ditilik dari segi busana dan ekspresi Vers. Tidak ada satupun adegan yang menjual eksotisme dan paparan tubuh yang berlebihan.
Berbeda dengan beberapa film serupa yang tampilannya dibuat untuk memanjakan mata penonton laki-laki. Baju yang dikenakan Captain Marvel justru casual.
Carol Denvers juga tidak menunjukkan raut muka menggoda atau memelas. Sebagaimana ekspresi tersebut sering digunakan untuk mengelabui musuh di film-film agen intelijen. Hal ini membuat penonton tidak berfokus pada visual, namun laku perannya.
Kedua adalah gambaran tentang toxic masculinity yang ditentang oleh Capatain America. Terutama pada potongan ingatan sejak masa kecilnya. Carol Denvers memang digambarkan sebagai perempuan tangguh sejak kecil.
Beberapa gambaran masa lalu itu dipertegas dengan bagaimana laki-laki terus menggerusnya dengan celetukan sexist. Seperti perempuan tidak seharusnya melakukan ini dan itu. Atau perempuan tidak cocok untuk berkiprah di dunia ini dan itu.
Bagusnya, Carol Denvers tidak pernah takluk pada narasi dekonstruktif yang diteriakkan padanya. Ia tak pernah diperlihatkan menentang secara verbal. Namun lakunya yang pantang menyerah justru memperkuat pesan penguatan pada individu perempuan.
Lakunya ketika bangkit dari berbagai hal yang membuatnya jatuh. Serta pesan bahwa kekuatannya tidak dinilai dari seberapa sering ia jatuh. Namun bagaimana ia selalu bangkit setelah terjerembab.
Ketiga, dan yang utama adalah antitesis tentang pengaruh emosi terhadap kapabilitas perempuan. Berbagai adegan di Captain Marvel menyiratkan pesan bahwa yang membuat Carol Denvers atau Vers lemah adalah kegagalannya mengelola emosi.
Dalam dunia nyata, perempuan memang diidentikkan dengan makhluk emosional yang mengesampingkan rasionalitas. Dalam akhir film ini, Vers justru menunjukkan bahwa emosi adalah suatu kekuatan yang membuatnya istimewa dan berkarakter.
Emosi membuatnya mampu menilai baik dan buruk. Emosi membuatnya mampu menemukan kebenaran pahit yang dibalut oleh konstruksi kebohongan.
Kesimpulannya, Carol Danvers menjadi representasi perempuan yang seksi karena keberanian dan kepercayaan pada kekuatannya sendiri. Dalam menjadi Captain Marvel, ia tidak butuh atribut eksotisme laku dan pakaian.
Sebagai perempuan kuat, ia juga tidak serta merta menindas laki-laki. Bahkan laki-laki yang telah merendahkan dan membohonginya sekalipun. Ia memilih untuk menjadi kuat tanpa perlu memberikan pembuktian secara verbal maupun balik menindas. Begitulah Captain Marvel menyampaikan pesan konstruksi feminis yang elegan.
Film Captain Marvel ini layak tonton Nabs. Terutama bagi kalian yang mendambakan hadirnya sosok superhero perempuan dalam Marvel Cinematic Universe.