Ria Risti, remaja asal Kedungadem Bojonegoro, adalah satu di antara para penerima program beasiswa Banyu Urip. Berikut kisah Ria dobrak batas demi raih cita-cita melanjutkan pendidikan tinggi.
Salah satu cara mengapresiasi perjuangan Ki Hadjar Dewantara, Dewi Sartika dan pejuang pendidikan nasional pada peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini adalah memfasilitasi akses kepada pendidikan berkualitas bagi para generasi muda.
Kisah inspiratif datang dari para penerima beasiswa Banyu Urip. Beasiswa ini diprakarsai ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) dan didukung sepenuhnya SKK Migas, guna fasilitasi akses pendidikan berkualitas.
Program beasiswa Banyu Urip, merupakan perwujudan komitmen EMCL pada penyiapan generasi penerus bangsa di Kabupaten Bojonegoro.
Para penerima beasiswa, semula tak pernah membayangkan dapat memperoleh kesempatan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.
Keterbatasan sosial ekonomi menjadi alasan. Namun, mimpi mereka akan beroleh akses pendidikan berkualitas, terus menyala.
Sejak awal bersekolah, mereka belajar keras dan rajin mencari informasi terkait penerimaan beasiswa atau program bantuan pendidikan. Kesempatan itu datang saat EMCL gelar seleksi penerimaan beasiswa Strata-1 tahun lalu.
Program beasiswa ini diperuntukkan bagi putera-puteri Kabupaten Bojonegoro. Sebelumnya, mereka telah diterima melalui seleksi nasional masuk perguruan tinggi (SNMPTN) pada bidang studi pertanian, peternakan, kedokteran, teknik dan MIPA, serta berasal dari keluarga kurang mampu.
Kesempatan inilah yang melahirkan harapan baru bagi Ria Risti, anak buruh tani Desa Kedungadem Bojonegoro. Sosok yang saat bersekolah hanya membayangkan SMAN 1 Sugihwaras merupakan jenjang pendidikan terakhir yang dapat ditempuh.
Ria sempat ragu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Mengingat, tantangan orangtuanya membiayai hidup sehari-hari. Dalam benaknya, dapat lulus sekolah menengah atas saja sudah istimewa. Keinginan melanjutkan perguruan tinggi serupa menggantang asap.
Keraguan pun sirna. Pak Haris (Abdul Haris Rafiqi, guru matematika di sekolahnya), mendorong Ria untuk mengikuti seleksi program beasiswa Banyu Urip yang diprakarsai EMCL.
Perjuangan Ria untuk mendapatkan beasiswa Banyu Urip EMCL tidak mudah. Ia harus bersaing dengan kandidat-kandidat lainnya. Alur seleksi cukup panjang, dari seleksi administrasi, psikotes hingga wawancara. Meski sempat ragu, Pak Haris, yang juga menemaninya mendaftar, terus memotivasi.
Optimisme Ria berbuah keberhasilan saat ia dinyatakan sebagai penerima beasiswa Banyu Urip. Kini, baginya menjejakkan kaki di perguruan tinggi, bukan sekadar mimpi.
Ria Risti dan cita-cita besar dari Kedungadem
Senyum mengembang nampak di wajah Ria saat menapakkan kaki di Kota Malang. Impiannya mengenyam pendidikan di kota ini akhirnya terwujud. Teknik Pertanian merupakan jurusan yang dipilih, sesuai keinginannya selepas kuliah untuk pulang ke desa, membangun petani di desanya menjadi lebih berdaya.
Menurut Ria, petani di desanya memiliki potensi yang bagus. Tanahnya sangat subur sehingga memiliki potensi yang bagus untuk dikembangkan. Namun masih diperlukan inovasi dan pembaruan teknologi pertanian untuk membantu petani dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panennya.
Karena itu, Ria memiliki obsesi mengembangkan sistem pertanian modern di Kedungadem. “Kualitas hasil panen yang baik akan meningkatkan harga jual produk pertanian petani lokal. Selama ini banyak petani masih merugi karena harga jual di pasar yang murah. Penggunaan teknologi yang tepat dapat meningkatkan efisiensi sehingga keuntungan meningkat,” jelasnya.
Di dunia kampus Ria juga tidak hanya belajar di kelas, namun juga aktif berorganisasi dengan menjadi anggota Agritech Research and Study (ARSC) dan Agricultural Robotic (ACRO). Dari sini, ia belajar tentang penulisan karya ilmiah dan teknologi robotik pertanian.
Program Beasiswa Banyu Urip, bagi Ria adalah pendukung asa dan harapan untuk membangun kota kelahirannya.
“Saya mengucapkan terimakasih kepada EMCL atas kesempatan yang diberikan. Beasiswa ini merupakan amanah yang harus saya pertanggungjawabkan,” ungkapnya.
External Affairs Manager EMCL, Ichwan Arifin mengatakan, EMCL tidak hanya bekerja untuk hari ini dan generasi saat ini, tapi juga bekerja untuk masa depan. Tidak hanya fokus di sektor energi, tapi juga berkontribusi pada pengembangan masyarakat. Karena itu, EMCL bersinergi dengan Pemerintah terus mendukung upaya menyiapkan generasi masa depan melalui program pengembangan masyarakat di sektor pendidikan.
“Kunci pembangunan peradaban adalah pendidikan bagi generasi penerus. Untuk itulah, kami hadir di sini guna membantu pemerintah menyiapkan generasi penerus bangsa. Hal ini juga didukung program pengembangan masyarakat lainnya,” tutur Ichwan.
Dukungan EMCL dan SKK Migas melalui Program Beasiswa Banyu Urip telah dimulai sejak 2019 dan terus dilaksanakan dalam rangka mendukung kemajuan pendidikan di Kabupaten Bojonegoro. Sejak 2013, EMCL juga memprakarsai program beasiswa bagi putera-puteri Bojonegoro yang tengah menempuh pendidikan di perguruan tinggi negeri di seluruh Indonesia dan program beasiswa Akademi Siswa Bangsa Internasional (ASBI).
Program Pengembangan Masyarakat (PPM) EMCL berpijak pada tiga pilar utama yaitu kesehatan, pendidikan dan pengembangan ekonomi di sekitar wilayah operasi Blok Cepu. Program Beasiswa Banyu Urip adalah komitmen EMCL dalam mendukung generasi muda di Kabupaten Bojonegoro untuk memperoleh akses pendidikan yang berkualitas dalam rangka membangun Bumi Angling Dharma. Selamat Hari Pendidikan Nasional!