Spirit Bhinnasrantaloka merupakan semboyan filosofis yang berkembang di Bojonegoro, Jawa Timur. Ia punya makna mendalam tentang harmoni sosial dan spirit hidup berkelanjutan.
Dalam konsep kebudayaan, setiap wilayah, tentu memiliki ageman kultural dalam menjalani bermacam kemajuan zaman. Begitupun Bojonegoro. Lintasan Nggawan yang dipagari Pegunungan Kendeng ini, memiliki ageman Binnasrantaloka sebagai pedoman menghadapi kemajuan zaman.
Bhinnasrantaloka menggambarkan spirit keberlanjutan. Gerbang tiga dimensi yang menunjukan kebesaran masa lalu, kesadaran masa kini, serta inspirasi untuk masa depan. Bhinnasrantaloka ibarat “diorama” yang mengabarkan pelajaran dari masa lalu sebagai hikmah hari ini, serta pedoman untuk masa depan.

Dalam konteks yang lebih populer, Bhinnasrantaloka adalah diorama gerbang dimensi yang memotivasi generasi hari ini untuk belajar dari masa lalu, serta mempersiapkan diri dalam memberi warisan untuk masa depan, memberi sesuatu untuk generasi yang akan mendatang. Bhinnasrantaloka, adalah kemauan untuk terus belajar.
Landasan Historis
Istilah Bhinnasrantaloka muncul pada Prasasti Maribong (1264 M) yang dikeluarkan Raja Wisnuwardhana. Prasasti itu dikeluarkan sebagai bentuk terimakasih Sang Raja pada para Bijak Bestari di wilayah Maribong (Bojonegoro), yang telah membantu leluhurnya dalam menyatukan Nusantara.
Dalam prasasti itu, idiom yang tertulis lengkap Bhinnasrantalokapalaka itu, dimaknai para sejarawan sebagai “penyatu nusantara”. Di sini tampak bahwa sejak ratusan tahun silam, para Bijak Bestari kita telah memiliki paradigma harmoni persatuan demi majunya peradaban.
Bhinnasrantaloka dan Bhinneka Tunggal Ika punya kemiripan makna. Bhinneka Tunggal Ika yang diambil dari Kitab Sotasoma Mpu Tantular (1389 M) itu, dijadikan semboyan negara pada 1950 M. Idiom Bhinnasrantaloka yang ditulis Raja Wisnuwardhana (1264 M) ini, juga jadi semboyan kebudayaan bagi pergerakan lokal di Bojonegoro.
Makna dan Etimologi
Secara etimologis, Bhinnasrantaloka merupakan idiom yang diadopsi dari Bahasa Sanskerta: Bhinna berarti berbeda atau beragam, ia juga bermakna membina atau membangun; Sranta berarti gigih atau berpengalaman; sementara Loka berarti lokal atau wilayah atau dunia.
Sebagai sebuah spirit, Bhinnasrantaloka bisa ditafsir ke dalam berbagai makna. Ia bisa diartikan sebagai: keseimbangan dalam kemajuan; atau inovasi berbasis lokalitas. Keberadaan kata Sranta menjadikan semua makna di atas berorientasi pada konsep keberlanjutan yang berkelanjutan.
Nilai-Nilai Bhinnasrantaloka
Seperti halnya Bhinneka Tunggal Ika, istilah Bhinnasrantaloka juga memiliki banyak nilai kebijaksanaan. Di antaranya; Persatuan dalam Keberagaman, Toleransi, Harmoni Sosial, Kegigihan dalam Belajar, hingga Keadilan Sosial yang mengedepankan pemerataan dan kesetaraan dalam kehidupan bermasyarakat.
Ajaran leluhur Lengo Urup Banyu Urip, yang mengajarkan keseimbangan air dan minyak bumi dalam pengelolaan SDA di Bojonegoro, misalnya, adalah spirit Binnasrantaloka dalam bidang ekologi berkelanjutan.
Pembangunan daerah, mitigasi bencana, pengentasan kemiskinan, hingga edukasi lingkungan berbasis karakter lokal, adalah spirit Bhinnasrantaloka dalam bidang sosial berkelanjutan.
Relevansi dan Implementasi
Dalam konteks hari ini, spirit Bhinnasrantaloka menawarkan berbagai konsep dan metode hidup bersosial. Konsep ini memiliki potensi dikembangkan sebagai kerangka kerja dalam pendidikan karakter, kebijakan pembangunan berbasis budaya, dan tentu saja, diplomasi budaya lokal.
Nilai-nilai Bhinnasrantaloka bisa diterapkan dalam pembangunan sosial ekonomi berbasis keseimbangan ekologi. Di antaranya: penanggulangan kemiskinan, tata kelola sumber daya air, mitigasi perubahan iklim, hingga semangat belajar dalam membangun peradaban.
Spirit Bhinnasrantaloka bukan sekadar slogan seremonial, melainkan filosofi kultural yang mengakar kuat dan bercabang rindang bagi masyarakat Bojonegoro. Spirit Bhinnasrantaloka jadi bukti bahwa nilai-nilai lokal dapat menjadi benteng sosial dalam menjaga keutuhan bangsa.