Warga kota Bojonegoro pasti sudah familiar dengan istilah Treteg Penceng. Istilah tersebut merujuk ke sebuah gang unik yang membelah beberapa jalan sekaligus. Seperti apa seluk beluk Treteg Penceng ini? Yuk Nabs, simak penelusuran tim Jurnaba.co berikut ini.
Setiap jalan pasti mempunyai kenangan yang unik. Seperti perjalanan hidup berjejak kenangan akan cinta. Perjalanan cinta mana lagi yang tidak digenangi kenangan pasca hujan reda? Langit basah berhias pelangi dari bias sinar mentari. Sudut matamu tak terkecuali, berhias pelangi dari cairan serupa kaca.
Tidak saja kenangan unik yang berceceran di suatu perjalanan. Jalan pun juga memiliki keunikan sendiri. Termasuk jalan di Bojonegoro. Mana lagi jika bukan Treteg Penceng?
Treteg Penceng mempunyai keunikan berdasarkan struktur kota Bojonegoro. Jika dilihat, jalan-jalan seputaran kota Bojonegoro, setiap belokan membentuk sudut 90 derajat. Berbentuk sejajar dengan arah mata angin. Sedangkan Treteg Penceng menyilang terhadap arah mata angin.
Jalan ini memang biasa disebut Treteg Penceng. Itu karena kondisi fisik jalan ini. Treteg merupakan bahasa Jawa yang berarti jembatan. Penceng juga berasal dari bahasa Jawa yang artinya miring. Jalan ini disebut begitu karena bentuknya miring dan posisinya lebih tinggi daripada bagian kanan-kiri jalan.
Jalan yang memiliki panjang hampir 1 kilometer ini berada di Kelurahan Klangon dan Kepatihan. Treteg Penceng terdiri dari 2 nama jalan, yaitu Gang Kyai Sulaiman dan Gang Irigasi. Meskipun bernama gang, namun jalannya cukup lebar dan beraspal.
Boleh dikatakan bahwa Treteg Penceng berbentuk diagonal. Treteg Penceng membentang antara Jalan Untung Suropati dan Jalan Panglima Sudirman. Pada bagian tengah, Treteg Penceng memotong Jalan Setya Budi.
Pada bagian Gang Kyai Sulaiman, kondisi lingkungan sosial cukup padat. Terdapat rumah-rumah warga yang berjejer rapat. Beberapa di antaranya dipisahkan oleh gang yang lebih kecil.
Namun, tidak hanya rumah warga saja. Ada di antaranya sebuah bengkel, musholla dan warung kopi. Nama Kyai Sulaiman diambil dari nama tokoh setempat.
“Kyai Sulaiman itu adalah tokoh masyarakat yang tinggal di sekitar sini. Karena berpengaruh dan berjasa, namanya dijadikan sebagai nama jalan atau gang ini,” ungkap Ahmad, salah seorang warga sekitar yang ditemui oleh Jurnaba.co
Pada bagian Gang Irigasi, rumah-rumah warga tampak sedikit berjarak. Namun, di jalan ini terdapat sekolah, warung dan beberapa jalan lagi. Misalnya Gang Klangon III dan Jalan Makam Sedeng.
Selain bangunan, samping kanan-kiri terdapat lahan pertanian, perkebunan, sawah dan greng. Greng merupakan semak belukar yang di antaranya terdapat tanaman bambu yang rimbun.
Nama Irigasi diambil dari adanya pengairan yang cukup besar untuk lahan pertanian. Irigasi tersebut masih dipergunakan hingga saat ini. Jika terjadi hujan deras, air irigasi mengalir cukup deras. Bahkan, tempat ini tidak jarang digunakan sebagai spot mancing.
Treteg penceng jadi istilah unik bagi masyarakat kota Bojonegoro. Jalan unik satu ini akan terus dijadikan sebagai penanda dan hal yang identik tentang kota Bojonegoro. Mana lagi nih Nabs, jalanan atau gang unik yang ada di Bojonegoro?