Hari ini, 19 Februari 2020, Bojonegoro mengadakan pesta demokrasi khusus. Yakni Pemilihan Kepala Desa atau Pilkades Serentak Gelombang III. Bojonegoro jadi satu-satunya kabupaten di Jawa Timur yang mengadakan pilkades serentak.
Suasana pada Rabu (19/2/2020) pagi di Desa Pacul nampak riuh rendah. Sejak pukul 07.00 pagi, terlihat warga berkerumun di depan rumah atau pinggir jalan. Hari ini cukup spesial bagi warga Pacul. Pasalnya, ada pemilihan lurah atau kepala desa baru.
Mendung pagi hari tak menyurutkan langkah warga Desa Pacul, Kecamatan Bojonegoro. Mereka dengan penuh semangat menuju Balai Desa yang dijadikan sebagai tempat pemungutan suara.
Suara sepur mini yang nyaring berbunyi, ikut meramaikan pagi yang diselimuti awan mendung ini. Kendaraan tersebut hilir mudik dari satu RT ke RT yang lain. Kendaraan tersebut selalu penuh oleh warga.
Panitia pemungutan suara memang menyediakan sepur mini sebagai sarana transportasi antar jemput warga yang rumahnya jauh dari Balai Desa Pacul.
Suasana yang tak kalah meriah nampak di Balai Desa Pacul yang terletak di Jalan Serma Abdullah. Di tempat tersebut, ratusan warga berjubel untuk memberikan suaranya pada pilkades ini.
Khusus di Desa Pacul, ada 3 calon yang saling “bertarung” untuk memperebutkan kursi nomor satu di Desa yang termahsyur dengan klub sepakbolanya tersebut. Satu calon merupakan petahana. Sedangkan dua nama lain adalah calon yang baru pertama ikut serta dalam pemilihan kepala desa.
Salah satu warga yang memberikan hak suaranya pagi itu adalah Muhammad Hasan. Dia sengaja datang cukup pagi agar bisa nyoblos lebih cepat. Ketika ditanya mengenai siapa calon yang akan dipilihnya, Hasan menjawabnya dengan candaan.
“Pilih yang amplopnya lebih tebal dong,” ujar Hasan sambil diikuti dengan tawanya.
Terlepas dari benar tidaknya jawaban Hasan tersebut, satu hal yang memang identik dengan pilkades adalah money politics. Berharap pilkades tanpa money politics itu ibarat Faank Wali Band jadi vokalis Deadsquad. Mustahil.
Pilkades memang sulit dilepaskan dari money politics atau istilah lokalnya “bom-bom-an”. Perputaran uang untuk mendapatkan suara dalam pilkades memang cukup besar.
Selain untuk kampanye dan mencetak alat peraga, para calon kepala desa juga harus jeli dan lihai dalam membiayai tim sukses yang turun ke lapangan.
Pesta Demokrasi Terbesar Bojonegoro pada 2020
Pacul merupakan satu dari ratusan desa lain yang tahun ini mengadakan pemilihan kepala desa baru. Khusus 2020 ini, pilkades dilakukan secara serentak.
Jika ditotal, pilkades serentak gelombang III di Bojonegoro ini diikuti oleh 233 desa yang tersebar di 28 kecamatan. Jumlah yang tentunya sangat besar.
Karena jadi pesta demokrasi terbesar di Bojonegoro pada 2020, pemerintah dan pihak keamanan pun saling bersinergi. Tujuannya untuk menyukseskan sekaligus mengamankan penyelenggaraan pilkades serentak ini.
Polres Bojonegoro pun tak main-main dalam mengamankan kegiatan ini. Kepala Bagian Operasional (Kabagops) Polres Bojonegoro, Kompol Teguh Santoso mengatakan jika pihaknya sudah menyiapkan diri dengan baik untuk pilkades Bojonegoro.
“Untuk pengamanan pilkades serentak ini Polres Bojonegoro akan menggelar operasi kepolisian. Kami menerjunkan 2/3 kekuatan Polres Bojonegoro untuk pilkades ini,” ujar Teguh Santoso.
Penyelenggaraan pilkades serentak pun dikawal penuh oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Sebagai satu-satunya kabupaten yang menyelenggarakan pilkades serentak di 2020, Pemkab Bojonegoro ingin agar segala sesuatunya berjalan dengan lancar.
Karena itu, pemkab terus melakukan sinergi dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Supaya, pesta demokrasi terbesar Bojonegoro pada 2020 ini berjalan lancar tanpa hambatan.
Pemilihan Kepala Desa atau Pilkades Serentak di Bojoengoro ini memang jadi hajatan besar bagi warga Kota Ledre. Jangan heran jika pada Rabu 19 Februari 2020 ini, beberapa titik di Kabupaten Bojonegoro berbeda dari biasanya.