Sumatera Barat merupakan kawasan banyak tradisi. Tulisan ini berupaya menjelaskan tentang Nagari Lapiak Pandan dan kehidupan masyarakat Kabupaten Sijunjung yang amat damai dan bersahaja.
Padang Laweh merupakan sebuah nagari yang ada di Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat. Kehidupan disana sangat adem sekali karena penuh dengan nuansa pedesaan. Kehidupan sehari-hari warga masyarakat masih kental tradisi.
Seperti hal nya dengan program pemerintah daerah “Kembali ke Surau/Maghrib Mengaji”, di daerah ini kita temukan bahwa anak-anak yang sudah berusia TK sudah kembali diperbolehkan ke Surau.
Sore-sore hari mereka sudah siap untuk pergi ke surau. Biasanya sebelum maghrib datang, mereka suka bermain di halaman surau. Di kala maghrib datang, mereka diarahkan lagi untuk shalat maghrib berjamaah dan kemudian dilanjutkan dengan mengaji.
Masing-masing kelompok mengajinya sudah ditentukan dan diajarkan oleh guru masing-masing kelompok. Hingga pukul 8 malam, anak-anak di daerah ini masih berada di Surau. Oleh sebab itu kebersamaan-kebersamaan yang ada di daerah ini masih terasa dengan hangatnya. Anak-anak pergi dan pulang mengaji bersama-sama.
Selain itu, usaha yang dilakukan oleh masyarakat sekitar adalah “menganyam lapiak pandan.” Lapiak pandan merupakan sebuah tanaman atau tumbuhan yang terdapat di daerah ini.
Masyarakat di sini mengolah pandan tersebut menjadi sebuah tikar, tas, dan berbagai jenis kerajinan usaha lainnya. Ohya, Nabs, pandan yang ada di daerah ini biasanya hanya tumbuh dengan sendirinya tanpa diberi pupuk tanaman.
Sebelum dijadikan tikar atau tas, biasanya masyarakat mengambilnya terlebih dahulu, kemudian dihilangkan duri-duri yang melekat. Lalu, dijemur dan dibiarkan sampai pandan tersebut terasa lembut. Setelah lembut, pandan baru dapat dijadikan tikar 2×3 meter dengan cara dianyam.
Setelah tikar terbentuk, biasanya dijual ke pasar dengan harga yang tidak begitu mahal. Hanya seharga Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu. Jadi, kehidupan di sini sangat sederhana sekali.
Jika kita membayangkan kehidupan disini dengan usaha sekecil itu rasanya sangat mustahil untuk membiayai pendidikan untuk anak-anak mereka. Namun, kenyataannya, anak-anak di sana banyak yang berpendidikan melanjutkan sekolah ke luar daerahnya.
Bisa dibayangkan jika seandainya hari tidak panas, maka masyarakat tidak akan bisa menjemur pandan-pandan atau lapiak pandan tersebut. Bisa ditebak bahwa penghasilan mereka menurun. Namun, masyarakat disana tidak habis akal untuk mencari sumber penghidupan yang lainnya seperti bertani jika musim penghujan.
Masyarakat disana memiliki banyak lahan sawah. Jadi, saat tak membikin lapiak pandan, mereka akan bertanam padi. Ya, itu sebuah cerita tentang anak-anak nagari yang selalu berani bermimpi.