Perbedaan bukan menjadi dasar utama kita untuk saling menjatuhkan dan menjelekkan akan tetapi perbedaan mengajarkan kita untuk saling menerima dan menghargai apa yang dilakukan orang lain
Waktu azan mahgrib telah tiba, membuat Rahmad bergegas mengganti bajunya dan berjalan menuju Musholla Desa Clurit, Kecamatan Sanggikan, Kabupaten Ukucindo.
Azan yang dikumandangkan Oleh Rahmad terdengar hingga penjuru rumah masyarakat Desa Clurit, membuat masyarakat sekitar segera menghentikan aktifitas yang dilakukan di sawah, kebun, dan juga rumah.
Sebagian masyarakat ada yang segera mandi, ada yang istirahat sembari membuka baju untuk mengeringkan keringat dan ada juga yang berjalan menuju Musholla An-Nuur Desa Clurit.
Tak terkecuali Paimen yang memang menjadi langganan sebagai Imam di musala tersebut, tak jarang jika Paimen tidak datang banyak warga sekitar yang kebingungan menggantikan posisi Paimen.
Azan telah selesai dikumandankan, Rahmad kemudian bergegas untuk melaksanakan Salat Tahiyatul Masjid sembari menunggu jama’ah berdatangan dan Paimen masuk ke dalam Musholla.
Beberapa menit berlalu dan Paimen serta jamaah yang diluar berjalan masuk Musholla, mengisi shof-shof yang masih terlihat kosong, Rahmad pun bergegas berdiri dan mengumandangkan iqomah sebagai tanda bahwa sholat mahgrib akan segera dimulai.
Paimen langsung mengambil posisi terdepan di bagian ruang untuk imam “Allaahuakbar” Paimen memulai sholat mahgrib dan jamaah lainnyapun mengikuti.
Selesai Salat Paimen memipin dzikir dan do’a bersama sebagai mana tradisi yang diajarkan oleh orang² sebelum Paimen menduduki posisi sebagai imam.
Selesai salat dan dzikirpun Rahmad melaksanakan Sholat Ba’diyah Mahgrib dan melangkah pulang untuk membaca Al-Qur’an sembari menunggu adzan Salat Isya’.
Setengah jam berlalu Terdengar suara Adzan Isya dari Masjid Al-Furqon yang terletak di Desa sebelah Rahmad bergegas mengakhiri membaca Al-Qur’an “Shodaqollahhul’aadzimm” sembari mendengarkan Adzan dari Musholla An-Nuur yang tak lain dikumandankan oleh Paimen. Karena Rahmad mengenal betul suara yang sedang Adzan ini.
Rahmad bergegas ke Musholla dan melaksanakan sholat Qobbliyah Isya’ sembari menunggu iqomah Rahmad duduk bersila dengan membaca istighfar..
Tetiba Paimen dari belakang datang dan mengIqomahi sehingga jamaah sedikit kebingungan lantaran terlihat jarang Paimen mengumandangkan Adzan dan Iqomah ternyata dibalik apa yang dilakukan Oleh Paimen terbuka setelah Mengumandangkan Iqomah.
“Ayo yang muda gantikan yang tua untuk Imami” Ucap Paimen sembari mendorong Rahmad. “Waduh… Bukannya Nggak mau, cuman Rahmad nggak bisa kalo harus dzikir bareng, Rahmad takut salah dan belum diajarkan di sekolah Rahmad” Ucap Rahmad yang memang sedang berlibur dari kegiatan di Panti Asuhan Milik MU di Kabupaten Ukucindo “Sudah Nggak Papa, sudah silahkan” Ucap Paimen meyakinkan Rahmad, tanpa banyak bicara lagi Rahmad pun memulai sholat Isya’ “Allaahuakbar” selama sholat bacaan-bacaan yang dilantunkan oleh Rahmad berjalan lancar dan suaranya menandakan sedikit ada ketakutan grogi lantaran belum pernah menjadi Imam di Musholla An-Nuur selama Rahmad hidup di Desa Clurit.
“Assalamu’alaikum warohmatullahi Wabarokatuh, Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh” Tanda sholat sudah selesai dan jamaah terdiam lantaran Rahmad sudah memberitahu jika Rahmad belum berani dan bisa untuk melakukan dzikir bersama seusai sholat.
Satu persatu jamaah mulai membubarkan diri kembali kerumah sedangkan Rahmad masih melaksanakan sholat Ba’diyah Isya. namun tak disangka, Rahmad mendengar percakapan Paimen di depan musala secara keras dan jelas dan membuat hati Rahmad sedikit jengkel seusai sholat Ba’diyah Rahmad mengingat betul ucapan Paimen yang secara tidak langsung tidak menyukai Rahmad “Ya Begitu kalo sholatnya orang MU, ga pake dzikir2an”.
Keesok harinya Rahmad yang sedang menyapu di depan rumah mendapat sapaan dari Paimen “Loh, mana benderanya kok nggak dipasang” karena pada saat itu momentum 17 Agustusan, Rahmad yang masih kesal pun menjawab sapaan dari Paimen, “Nggak bakal pasang bendera merah putih, mau tak pasang bendera MU” jawab Rahmad dengan nada sedikit meninggi lantaran masih kesal dengan Paimen, Paimen pun melanjutkan langkahnya menuju rumah Pak Sukro dengan menunduk dan terdiam.
“Orang Non Muslim melihat kita tidak dengan salat dan puasa kita, tapi melihat dari perilaku kita” Khabib Noermagomedov.