Zaman sekarang, perempuan tak lagi menjadi objek, namun sudah menjadi subyek dari sebuah pembangunan. Peran mereka tak bisa dikesampingkan begitu saja. Tidak terkecuali, peran perempuan Bojonegoro dalam membangun potensi daerah juga teramat penting.
Era revolusi industri 4.0 mempengaruhi pola masyarakat global. Hal ini tentu menuntut perubahan yang terjadi di masyarakat. Baik terhadap peran perempuan maupun laki-laki.
Perempuan sekarang ini tidak hanya menjadi sosok ibu di lingkungan rumah tangga. Mereka juga memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa dan negara. Saat ini, seorang perempuan harus berani dan mampu mengemukakan pendapat.
Selain sebagai pengurus domestik rumah tangga, seorang perempuan juga bisa mengelola komunitas; seperti arisan, PKK, pengajian, koperasi dan lain sebagainya.
Dari komunitas yang melibatkan para perempuan, kemampuan dalam berjejaring menjadi semakin terasah. Selain menjadikan perempuan lebih percaya diri di depan umum, komunitas mampu melatih mereka menjadi sosok pemimpin perubahan. Memimpin dengan kreasi dan inovasi yang mereka dapatkan dari komunitas.
Ketua Global Women in Management, Thilma Komaling menjelaskan, perempuan di Bojonegoro punya potensi besar dalam membangun segala macam hal. Khususnya yang berhubungan dengan pembangunan daerah.
“Kami yakin gairah dari perempuan inspiratif Bojonegoro bisa ditularkan ke daerah-daerah lain.” kata Thilma Komaling.
Seperti halnya di Bojonegoro. Kota penghasil minyak ini memiliki potensi sumber daya alam yang besar. Butuh seluruh lapisan masyarakat yang ikut andil dalam pembangunan dan pengembangannya.
Tentu saja dibutuhkan banyak inspirasi dan semangat untuk menggali seluruh potensi yang ada. Tidak hanya laki-laki, tapi dibutuhkan juga peran perempuan Bojonegoro yang berani bersuara.
Sekian lama Kota Bojonegoro berdiri, baru pertama ini kursi bupati diduduki seorang perempuan. Tentu saja ini tonggak sejarah baru bagi Bojonegoro. Tidak hanya kemampuan dari dalam diri yang harus digali, tapi pembelajaran mengenai model-model kepemimpinan juga haru dipelajari.
Jika hal-hal kecil ini bisa ditularkan ke daerah-daerah lain, maka mampu memicu kepercayaan bahwa seluruh masyarakat mampu berdaya. Nantinya, akan mengangkat derajat bangsa menjadi lebih tinggi di mata global.
Potensi yang dimiliki perempuan Bojonegoro pun cukup banyak. Selain terlibat aktif di beberapa organisasi, mereka juga memiliki potensi di bidang ekonomi kreatif. Misalnya, kemampuan produksi di bidang kuliner dan konveksi. Kemudian mendirikan koperasi dan mengelola industri seperti UMKM.
“Menurut saya, apabila ini sudah diangkat dan mulai digaungkan, itu akan menjadi pengungkit untuk perempuan-perempuan lain.” kata Thilma Komaling
Potensi Kota Bojonegoro dari segi pariwisata memang tidak dapat tergantikan. Tidak ada daerah lain yang punya tempat seperti di Bojonegoro. Pariwisata di Bojonegoro bisa dijual dengan konsep earth, wind, air and fire. Artinya, di sini bisa melihat api abadi, kemudian Negeri Atas Angin, lalu kerajinan gerabah dari tanah.
Jika dikonsep dengan sangat baik dan menarik, tentu hal itu akan menjadi sumber daya yang baru. Dan dari sini peran perempuan sangat penting untuk terlibat secara langsung.
“Pariwisata apabila digarap dengan baik itu bisa memberdayakan ke seluruh daerahnya.” tambah ketua dari GWIM (Global Women in Management) itu.
Pengembangan potensi tersebut pasti membutuhkan modal. Menurut perempuan yang bekerja di bidang IT tersebut, modal pertama yang harus dimiliki adalah inspirasi.
Berbagi ilmu dan pengalaman merupakan bagian dari cara menginspirasi. Yang kedua adalah berlatih melihat dengan sudut pandang yang berbeda. Melalui sudut pandang yang lain, peluang mengembangkan potensi itu bisa tertangkap pemikiran. Dari situ akan muncul ide-ide yang bagus.
Peran perempuan milenial di Bojonegoro saat ini sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, para generasi milenial Kota Ledre harus tahu apa yang mereka perlu lakukan.
Setiap perempuan memerlukan energi yang lebih untuk mampu me-manage emosi. Hal itu perlu dilakukan agar mampu membantu masyarakat demi kepentingan bersama.
“Perempuan harus bisa a b c d e, multitasking gitu lah. Tapi untuk managemen emosi sih yang memang harus dilatih.” tukas perempuan yang tak lama ini baru melahirkan.
Generasi milenial sangat berkaitan erat dengan teknologi informasi. Kemampuan dalam dunia digitalisasi sangat dibutuhkan untuk menunjang pengembangan potensi. Harus melek digitalisasi dan terbuka pada informasi. Sehingga, akan mempermudah produktifitas.
“Misalnya saja adalah aoutomatisasi dari pelayanan kepada pelanggan-pelanggan UMKM.” ujar Thilma Komaling.
Konsep mengenai diri perempuan perlu diubah. Pola pemikiran bahwa peran perempuan itu hanya mengurusi urusan domestik rumah tangga tidak lagi tepat untuk saat ini. Perempuan juga bisa berperan dan menjadi garda depan dari pembangunan suatu daerah.
Comments 3