Musisi Folk Indonesia, Sandrayati Fay tampil memukau di pergelaran Musik Pohon Kresen di Selasar Café, Bojonegoro. Acara yang dihelat pada Senin (8/4/2019) tersebut, dihadiri sekitar 300-an penonton.
Nabs, tak hanya menghibur lewat nyanyianya, musisi keturunan Filipina – Amerika Serikat tersebut juga mengkampanyekan pelestarian lingkungan.
Malam jatuh di Bojonegoro. Ratusan pasang mata seperti tersihir dengan penampilan apik Sandrayati Fay. Ia tampil selama hampir satu jam di pergelaran Musik Pohon Kresen.
Musik Pohon Kresen merupakan acara yang digelar sekumpulan pemuda Bojonegoro. Bekerja sama dengan networking Omah Jaman Now (OJN) Surabaya, acara yang diadakan di Selasar Café Bojonegoro itu berjalan syahdu.
Acara ini menggabungkan antara seni musik dan puisi. Sejumlah musisi dan seniman lokal turut tampil di pergelaran ini. Sebut saja band etnik Bojonegoro, Tutak Tutuk Gatuk hingga Jingga Band yang membawakan beberapa cover lagu terkenal yang sudah diaransemen ulang.
Seni pembacaan puisi juga ditampilkan di pergelaran ini. Dengan suasana yang syahdu di dekat rel perlintasan kereta api, pembacaan puisi oleh beberapa seniman lokal berhasil mengundang decak kagum para penonton yang hadir.
Ada pula sesi dialog yang melibatkan perwakilan dari Omah Jaman Now. Dialog interaktif tersebut membahas tentang peran anak muda dalam berbagai sektor dan bidang.
Setelah musisi dan seniman lokal tampil, giliran Sandrayati Fay yang naik ke panggung. Sosok yang sudah ditunggu-tunggu penampilannya ini langsung menghentak lewat lagu yang ada di albumnya. Sekitar 8 lagu dibawakan oleh penyanyi yang juga tergabung dalam grup vokal Daramuda Project tersebut.
DI tengah-tengah aksinya, Sandrayati Fay sempat berdiskusi dengan para penonton yang hadir. Ia mengajak penonton yang berisikan anak muda Bojonegoro tersebut turut serta dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan. Contoh kecilnya dengan mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari.
“Saya salut dengan panitia dan para penonton yang hadir. Semuanya bersih dari sampah plastik. Saya sudah tidak menggunakan lagi plastik untuk kebutuhan sehari-hari. Kalian juga mulai kurangi ya,” ajak Sandrayati Fay.
Penyanyi berusia 24 tahun tersebut memang punya kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan. Sampah plastik yang susah diurai menjadi hal yang jadi perhatian khusus Sandrayati. Tak mengherankan jika perempuan yang sekarang tinggal di Bali tersebut kerap mengkampanyekan kelestarian lingkungan di acara yang didatanginya.
Usai kampanye tentang lingkungan, Sandrayati Fay kembali menghibur para penonton lewat lagu-lagunya. Ada satu lagu yang membuat para penonton tersihir. Lagu yang dibawakan Sandrayati Fay bersama dengan kekasihnya, Cupit No Stress.
Lagu berjudul Marina tersebut bercerita tentang kehidupan buruh di Filipina. Lagu tersebut aslinya berlirik Filipina. Namun musisi dari berbagai negara menterjemahkannya ke bahasa lokal masing-masing.
Duet Sandrayati Fay dan Cupit No Stress berhasil membuat 300-an penonton yang hadir terpana. Lagu yang sarat makna tersebut berhasil dibawakan dengan penuh rasa oleh pasangan kekasih tersebut. Lagu Rumah Hati kemudian jadi penutup penampilan apik Sandrayati Fay di acara Musik Pohon Kresen malam itu.
Acara Musik Pohon Kresen dengan bintang tamu Sandrayati Fay pun akhirnya paripurna. Penonton yang hadir langsung di Selasar Café terpesona dan puas dengan acara musik Folk pertama di Bojonegoro tersebut.
Pergelaran Musik Pohon Kresen ini jadi tonggak sejarah baru bagi dunia musik Bojonegoro. Acara yang didatangi musisi Folk, Sandrayati Fay ini jadi contoh nyata bahwa selera musik anak muda di Bumi Angling Dharma memang sangat berwarna.