Materi tentang “di” yang disambung dan “di” yang dipisah memang urusan sepele. Tapi menjadi tak sepele kalau tak diperhatikan. Ya kayak perhatian kamu sama si dia gitu.
Hujan deras menggenang di berbagai jalan di wilayah Bojonegoro. Itu jadi hambatan para peserta Ngaos Jurnalistik Intensif menghadiri pertemuan ke-3 kemarin (5/2) malam.
Namun begitu, sebanyak 27 peserta tetap hadir sebagai para penyintas hujan. Dan ke-27 peserta tersebut, tentu layak disemat sebagai para pejuang ilmu.
Malam kemarin, kami belajar serius membedakan “di” yang disambung dan “di” yang dipisah. Karena kayak cinta atau kerinduan, kalau udah nyambung, rasanya males dipisah. Halah.
Selain mengoreksi dan membahas secara mendalam hasil temuan teman-teman di lapangan, semalam kami juga belajar soal “di” yang disambung dan “di” yang dipisah. Sebab, sejumlah sahabat-sahabati masih kerap salah.
“Kalau Widodo dicium masadepan, itu ‘di’ nya disambung apa dipisah sih?” Ucap salah seorang peserta. Sontak, seisi ruangan pun dibuat tertawa.
Widodo adalah seorang peserta yang paling menonjol di antara peserta lain. Sebab, jaket yang dia pakai selalu tampak kedodoran. Selain itu, Widodo juga sejenis makhluk yang tak pernah kehabisan cerita untuk dikisahkan.
Hanya, semalam, Widodo tampak tak seperti biasanya. Dia agak grogi. Bahkan, saat membaca naskah hasil penelitian teman-teman, keringatnya bercucuran kayak sedang lari maraton.
Tentu saja, semua peserta merasa keheranan. Tak biasanya Widodo terlihat demikian. Biasanya, dia tampak cuek dan banyak bicara. Semalam, dia terlihat jaim dan malu-malu garangan.
Selidik punya selidik, ternyata Widodo sedang mengalami fenomena psikologis bernama jatuh cinta. Dan sialnya, si perempuan yang sedang dia gandrungi itu, ada di dekatnya.
Tak ayal, saat giliran perempuan pujaan Widodo itu membaca naskah hasil penelitian teman-teman di lapangan, dia juga mengalami kegrogian yang mirip seperti dialami Widodo.
Materi tentang “di” yang disambung dan “di” yang dipisah memang urusan sepele. Tapi menjadi tak sepele kalau tak diperhatikan. Ya kayak perhatian kamu sama si dia gitu.
Obrolan panjang disertai belajar menulis terasa begitu menghibur dan seksama. Seperti Widodo dan gadis pujaannya itu, berkali-kali dijadikan contoh kalimat: “Widodo sama mbaknya itu disambung apa dipisah ya?”, “Ya disambung lah.” Jawab semua peserta.
Jam dinding menunjuk angka 21.00 dan forum pun ditutup. Tapi, perasaan dag-dig-dug Widodo justru tak mau ditutup. Dia seperti terdampar di belantara rasa kagum dan gemetar karena, ehem, cinta.
Muhammad Andrea adalah pengelola air mata dan aktivis yang tidak suka menangis.