Malo merupakan salah satu kecamatan yang ada di kabupaten Bojonegoro. Kecamatan yang dilintasi oleh sungai Bengawan Solo ini terkenal akan kerajinan gerabahnya. Kerajinan gerabah Malo sudah ada sejak puluhan tahun silam dan pamornya sudah terkenal ke berbagai daerah seperti Malang, Jogja, Surabaya dan Bali.
Berbagai upaya terus dilakukan oleh masyarakat setempat untuk melestarikan kerajinan gerabah Malo. Salah satunya dengan membuat Wisata Edukasi Gerabah Malo. Wisata edukasi sendiri adalah sebuah perjalanan wisata yang memiliki tujuan edukasi dan pemberian nilai kepada para pesertanya.
Wisata Edukasi Gerabah atau biasa disingkat dengan WEG ini pertama kali dibuat pada tahun 2015 dan mengambil tempat di desa Rendeng. Selain melestarikan kerajinan gerabah di Malo, WEG juga bertujuan untuk memberdayakan pemuda setempat.
Pengelolaan WEG ini dipegang langsung oleh karang taruna desa Rendeng yang bernama Satria Muda dan dibantu oleh BUMDes. Salah satu pengurus WEG, Mujtaba menceritakan bahwa persiapan matang telah dilakukan sebelum memulai wisata edukasi ini. Salah satunya dengan melakukan kerja sama dengan Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
“Untuk membangun Wisata Edukasi Gerabah ini kami menjalin kerja sama dengan Institut Kesenian Indonesia. Tim dari ISI Jogja datang langsung ke Malo untuk memberikan pelatihan terkait pembuatan gerabah,” ujar Mujtaba.
WEG juga mendapatkan bantuan dari Ikkon yang berafiliasi dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Ikkon memberikan masukan untuk mengembangkan WEG sekaligus membantu mengenalkan Wisata Edukasi Gerabah ini ke ranah yang lebih luas.
Sasaran utama dari wisata edukasi ini adalah anak-anak sekolah. Selama ini, peserta yang datang adalah anak sekolah. Mulai dari TK, SD, SMP hingga SMA. Tak hanya dari Bojonegoro saja, ada pula yang berasal dari sekolah dari Tuban, Blora dan Ngawi.
Selama tiga tahun berjalan, Wisata Edukasi Gerabah Malo sudah banyak didatangi oleh para pengujung yang mayoritas adalah anak sekolah. Rata-rata dalam sehari ada 150 hingga 300 orang yang datang. Bahkan jumlah bisa melonjak tajam hingga ribuan orang ketika memasuki akhir pekan.
Sebenarnya tak hanya dikhususkan untuk anak sekolah saja. Wisata Edukasi Gerabah Malo ini bisa juga didatangi oleh komunitas atau keluarga. Bahkan pernah ada keluarga dari Belanda yang sempat berkunjung ke WEG ini.
Selain menyajikan wisata edukasi, pengelola juga membuat galeri yang berisikan produk gerabah Malo yang bisa dibeli oleh para pengunjung. Produknya pun bermacam-macam, mulai dari celengan binatang, celengan karakter populer, souvenir pernikahan, kendi hingga cobek. Harga produk yang ada di galeri WEG berkisar antara 5 ribu hingga 100 ribu Rupiah.
Keberadaan Wisata Edukasi Gerabah di desa Rendeng ini memang membantu perekonomian warga sekitar yang terlibat langsung. Menurut Mujtaba, omset per bulan bisa mencapai 50 juta Rupiah. Jumlah yang tentunya sangat besar untuk wisata desa di kabupaten Bojonegoro.
“Paling ramai kalau pas akhir pekan. Keuntungan bisa mencapai 10 juta Rupiah. Kalau dirata-rata, per bulannya kami bisa mendapatkan antara 40 sampai 50 juta Rupiah,” ungkap Mujtaba.
Keuntungan yang dihasilkan lewat Wisata Edukasi Gerabah ini tak dinikmati sendiri. Sebagian masuk ke kas desa dengan sistem bagi hasil. Pemasukan pemerintah desa Rendeng pun meningkat sejak kehadiran Wisata Edukasi Gerabah ini.
Mujtaba pun tak segan memberi saran kepada pemuda lain yang ingin mengembangkan wisata di desanya. Ada beberapa karang taruna dari daerah lain yang melakukan studi banding ke desa Rendeng. Menurut Mujtaba, kunci utama ada di tangan para pemuda. Jika pemuda mau bergerak, potensi yang ada di desa bisa dimaksimalkan dengan baik dan positif.
Tujuan didirikannya WEG ini memang untuk memberdayakan masyarakat sekitar, khususnya para pemudanya. Semua yang terlibat adalah warga desa Rendeng sendiri. Mulai dari pengrajin hingga trainer yang mengajari peserta untuk membuat gerabah semua berasal dari pemuda setempat.
Keberadaan Wisata Edukasi Gerabah di desa Rendeng Malo ini berdampak baik bagi industri pariwisata Bojonegoro. Wisata berbasis desa mulai bermunculan di Bojonegoro. Keberhasilan WEG bisa dijadikan contoh oleh para pemuda lain untuk membuat wisata yang memanfaatkan potensi yang ada di desanya.
Comments 6