Beberapa hari terakhir, media sosial di Indonesia sedang ramai memperbincangkan Jessica Kay. Ia adalah mahasiswi asal Indonesia yang sedang menjalani studi Magister Hukum di Oxford University, Nabs.
Nama Jessica mulai ramai diperbincangkan di dunia per-twitter-an ketika Gustika Jusuf Hatta (@Gustika), cucu dari salah seorang pendiri Bangsa, Bung Hatta, membagikan link donasi kitabisa.com untuk Jessica.
“Bantu Kay meraih gelar dari Universitas Oxford. Kay terancam tidak selesai kuliah jika tidak segera membayar uang sekolahnya. Saya kenal baik dengan Kay, & ini merupakan pilihan terakhirnya dengan tenggat yang ada. Baca cerita selengkapnya & donasi di (link donasi).” Begitu bunyi cuitan yang dibagikan Gustika pada 9 Mei 2019. Cuitan tersebut kemudian dihapus karena beberapa alasan.
Cuitan yang Gustika bagikan tersebut menuai banyak respon. Di antaranya, beberapa memberikan dukungan kepada Jessica, tapi juga tak sedikit yang kemudian merespon negatif tindakannya dalam memanfaatkan wadah donasi bersama di kitabisa.com.
Tidak hanya di sosial media twitter, berita tentang Jessica Kay juga ramai diperbincangkan di sosial media Instagram. Seperti akun @Indonesiafeminis yang membagikan postingan @viceidn tentang Jessica satu hari yang lalu (13/5/2019).
Serupa dengan yang terjadi di twitter, respon yang didapatkan juga beragam. Beberapa mendukung upaya Jessica terkait dengan idealisme tentang pendidikan. Namun beberapa tidak sepakat karena merasa bahwa Jessica tidak berada pada kondisi yang urgent untuk dibantu dengan penggalangan dana semacam kitabisa.com.
Menanggapi hal tersebut, Augustin Mustika Chairil yang kerap disapa Tika, seorang mahasiswi pasca sarjana di Universitas Gadjah Mada angkat bicara. Ia tidak menghakimi apa yang dilakukan oleh Jesica Kay, meski tidak juga membenarkan bahwa apa yang dilakukan Jessica termasuk cara yang etis atau tidak etis.
“Apa yang dilakukan oleh Jessica Kay dengan menggunakan platform kitabisa.com hanya sebuah cara pintar untuk memanfaatkan tindakan kolektif. Dilihat dari sudut manapun, tindakan kolektif tidak akan disebut salah. Hanya saja bagaimana norma atau aturan’yang seharusnya’. Kita menyebut dia salah karena menurut kita itu nggak pantes. Tapi nyatanya banyak tuh yang nyumbang dia. Bahkan terpenuhi loh,” terang Tika.
Memang benar, kampanye yang dilakukan oleh Jessica Kay untuk menggalang dana tersebut sudah ditutup. Jumlah donasi yang terkumpul pun juga telah melebihi yang ia targetkan, yakni Rp 181.734.969,- dari 178.576.669,-.
Tika juga turut membagikan kesulitannya ketika menempuh pendidikan di Belanda. Ia mengatakan bahwa ketika mengejar impiannya di Negara orang lain, ia mengalami banyak kesulitan. Salah satu yang paling banyak dihadapi mahasiswa yang berkuliah di luar negeri adalah ekonomi. Terlebih jika studi tersebut tidak didukung penuh oleh beasiswa, baik itu biaya pribadi atau beasiswa tidak penuh.
“Kuliah di Luar Negeri dengan beasiswa parsial atau beasiswa pendidikan itu susah loh. Apalagi kamu berasal dari orang biasa aja. Bukan dari orang kaya. Kamu dituntut untuk berhemat dan kalau bisa cari kerja untuk pemasukan,” ungkap Tika.
Tika menceritakan bahwa dirinya pernah berada di posisi yang sama dengan Jessica. Ia mengatakan, bahkan untuk makan pasta yang setara dengan harga lalapan jika di Indonesia, ia harus berpikir kembali. Apa pasta itu akan ia makan semua di hari itu atau disisakan buat esok hari.
Kondisi tersebut sempat ia rasakan selama satu tahun sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali ke Indonesia, meski bukan karena alasan yang sama.
Jadi bukan hanya berjuang buat si ‘doi’ saja, Nabs, yang butuh perjuangan, tapi pendidikan juga. Bahkan, harus jadi yang utama dong. Jangan hanya ‘yang-yangan’ edukasi belakangan. Kita harus meneladani semangat belajar Mbak Jessica dan Mbak Tika ini.
Tapi, perlu juga diingat bahwa mengejar pendidikan nggak harus sampai ke Luar Negeri kok. Ada banyak universitas bagus di Indonesia dan banyak juga beasiswa yang bisa kita dapatkan. Baik dari pemerintah maupun perusahaan-perusahaan. Selama ada kemauan, pasti ada jalan, Nabs. Pokok’e yaqin~