Jagung termasuk hasil kekayaan alam Bojonegoro yang melimpah. Produk sektor pertanian ini memiliki potensi bisnis tersendiri. Terlebih jika diolah oleh tangan kreatif.
Misalnya Tri Untari, warga Desa Tulung, Kecamatan Trucuk. Dia mampu mengolah jagung menjadi produk UMKM yang laku di pasaran.
Jagung memang bisa diolah menjadi berbagai bahan makanan. Mulai dari nasi jagung, jagung bakar, pop corn, hingga marning. Namun, di tangan Tri Untari, jagung bisa disulap menjadi jajanan yang identik dengan Meksiko, yakni Tortila.
Untari sebelumnya hanya petani biasa. Dia memiliki lahan pertanian jagung. Untari mulai membikin olahan jagung sejak 2002 lalu.
Menurut Untari, ada beberapa tahapan untuk mengolah jagung menjadi tortila. Tahapan tersebut melalui proses perendaman, perebusan, penggilingan, penjemuran, pengirisan hingga penggorengan.
Nabs, pembuatannya sih melalui proses sederhana. Tapi butuh waktu cukup lama. Hal itu demi mendapatkan kualitas produk yang terbaik.
“Dari jagung hingga tortila digoreng itu sekitar 4 hari prosesnya,” kata Untari.
Tortila Jagung yang dia bikin memang renyah dan gurih. Penambahan bumbu alami hanya untuk menguatkan rasa gurih. Selain itu, tortila tidak mengandung bahan pengawet kimia. Dia mempertahankan bahan alami.
Selama produk tidak terpapar sinar matahari langsung, tortila bisa bertahan hingga 4 bulan. Ini karena proses penjemuran dan penggorengan dilakukan secara khusus.
Penjemuran dilakukan sekitar 2 hari. Jika cuaca mendung, bisa membutuhkan pengeringan lebih lama. Namun, hal itu disiasati Untari dengan cara oven untuk mengeringkan tortilla.
Setiap hari, Untari menghabiskan jagung sebanyak 40-50 kg sebagai bahan. Jagung itu digiling oleh 5 karyawan. Karyawan-karyawannya berasal dari warga sekitar. Niatnya, membantu warga sekitar untuk mendapatkan penghasilan.
Produk UMKM ini dipasarkan mulai dari toko pusat oleh-oleh hingga ke toko swalayan di Bojonegoro. Namun, penjualannya tidak hanya sampai di situ. Tortila Jagung ini juga diminati beberapa toko di luar kota. Misalnya saja Cepu, Tuban dan Lamongan.
“Kalau yang luar kota biasanya ngambil sendiri ke sini. Setiap ambil sekitar 300-500 bungkus,” tukas Untari.
Tortila jagung bikinannya dijual seharga Rp 6 ribu per kemasan. Tiap kemasannya memiliki isi seberat 160 gr. Biasanya, kemasan ini dijual untuk dipasarkan kembali melalui toko-toko. Selain itu, Untari juga menjual tortila tanpa kemasan. Tortila ini dijual dengan harga Rp 32 ribu per kilo.
“Kalau membeli mentah per kilo boleh. Biasanya untuk dikemas sendiri sama pembelinya,” ujar Untari.
Tempat pengolahan tortila milik Untari cukup sering didatangi tamu. Para tamu tersebut datang untuk kunjungan edukasi. Mulai dari SD hingga perguruan tinggi. Misalnya Unigoro hingga IKIP PGRI Bojonegoro.
Tak jarang juga terdapat kunjungan dari Kelompok Wanita Tani (KWT) luar kkota. KWT dari Blora, Madiun, Trenggalek, Jombang dan Lumajang misalnya.
Untari aktif dalam kegiatan pelatihan. Pernah beberapa kali dia bekerjasama dengan lembaga pemberdayaan masyarakat. Misalnya saat dia diundang pada acara pelatihan di Lumajang. Untari sebagai narasumber dan pembicara di kegiatan tersebut.
Ternyata, jagung bisa diolah jadi jajanan khas yang punya nilai ekonomis tinggi lho, Nabs. Selain unik, rasanya juga tak kalah nikmat dengan jajanan lain. Tortila jagung ini wajib kalian coba lho.
Selain mencicipi rasanya, belajar kepada pemiliknya pun bisa dilakukan. Keberadaan produk tortila tentu bisa kita jadikan pelajaran bahwa sekecil-kecilnya potensi yang kita miliki, tetap bisa dimaksimalkan.